Tips Berbisnis untuk UMKM di Tengah Pandemi Corona
Merdeka.com - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyajikan tips berbisnis untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terdampak virus corona, agar pelaku UMKM masih bisa bertahan dalam keadaan saat ini. Tips yang disampaikan Kemenkop dan UKM menggandeng Founder Bixbux.com dan Affiliate Marketer yakni Wientor Rah Mada.
Sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut bahwa yang paling banyak terdampak oleh wabah corona adalah sektor UMKM. Oleh karena itu, pihaknya menginisiasi untuk membuat program tips berbisnis untuk UMKM di tengah pandemi.
Berikut tips yang diunggah Kemenkop UKM melalui akun resmi instagram @kemenkopukm yang berjudul "Tips 60 Detik Berbisnis di Era Pandemi", Rabu (29/4).
Berpikiran positif
Di masa krisis seperti saat ini, membuat Anda menjadi pebisnis yang jauh lebih fleksibel, saat Anda memproduksi baju tapi tidak ada yang beli, Anda harus berpikir untuk berpindah sementara memproduksi masker.
"Saya ada teman punya pabrik kosmetik, sekarang switch memproduksi hand santizer laku banyak lagi. Saat seperti sekarang ini memang tergantung bagaimana kita melihatnya. Kalau kita ingin berpikiran negatif, ya lihat saja berita terus di TV di jamin malah parno sendiri,” kata Wientor.
Tapi kalau Anda memilih untuk berpikir positif, selalu ada jalan, selalu ada peluang baru.
Jualan online
Jangan takut, mungkin ini saatnya Anda belajar hal yang baru mumpung semua masih pada berhibernasi. Wientor menyarankan belajarlah jualan secara digital, cari e-course atau kursus online yang mengajarkan bagaimana jualan online. Kemampuan menjual secara digital ini akan menyelematkan Anda pada saat produk yang dijual offline terhenti.
Ngiklan di Facebook
Saat ini adalah saat yang tepat untuk belajar ngiklan di Facebook. Kenapa? Saat ini orang lagi banyak di rumah, mereka banyak lihat sosial media. Kemungkinan pada saat scrolling feed di sosial media inilah saat yang tepat untuk menyodorkan produk Anda melalui iklan.
Lalu produk apa yang pas dijual? Ya produk yang mendorong orang untuk impulsive buying yakni pembelian yang tidak direncanakan, tapi pas lihat iklan konsumen ingin beli. Barang impulsive ini tidak ada yang mahal, batas psikologis barang yang dijual online biasanya sekitar ya maksimal Rp 300 ribuan.
Contohnya barang penunjang kecantikan seperti sabun muka, pembersih muka, atau pelangsing. Selain itu, home decor kecil dengan desain yang menarik juga masih terjual laris.
Kolaborasi
Justru di masa sekarang ini Anda tidak boleh pake kacamata kuda, coba lihat lagi perjalanan bisnis ke belakang, mungkin Anda terlalu bergantung kepada diri Anda sendiri. Ini yang bikin capek, semua dikerjakan sendiri.
Pandemi mengajarkan Anda untuk kolaborasi. Skill yang selama ini selalu ada di diri Anda dan Anda manfaatkan sendiri untuk bisnis, mungkin cukup untuk kondisi normal, tapi ini kan situasinya sedang tidak normal.
"Masa iya masih mau sendirian, coba kolaborasi dengan pebisnis lain yang mempunyai skill yang berbeda dan Anda akan kaget nanti sama hasilnya," ujar Wientor.
Bangkrut
Wientor bercerita bahwa dirinya juga pernah bangkrut tiga kali, dia merasa sangat terbebani, sampai tidak bisa tidur nyenyak, yang dalam pikirannya hanya hutang. Lalu, dia pun akhirnya melalui perjalanan spiritual yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Yang pertama dia lakukan adalah mendatangi ibunya, lalu meminta maaf, sekaligus meminta doa restu untuk apa yang akan dia lakukan.
"Yang kedua, saya sedekah, pikiran saya simple saja, sedekah saat gak punya duit membuat kita berbeda, dan menjadi sangat ikhlas," ujarnya.
Ketiga, dia mengontak teman-teman lamanya yang sudah lama tidak pernah berhubungan, bukan untuk minta pekerjaan tapi sekedar mengobrol saja, silaturahmi. Menurutnya, ketiga hal ini membuka jalan untuk bangkit lagi, bisa jadi juga buat Anda untuk bangkit
Menjadi digital
Sebelumnya Wientor menyarankan untuk mencoba jualan memakai channel digital. Secara spesifik ia menyebutkan agar Anda mencoba untuk "ngiklan di Facebook".
"Mindset-nya gini menjadi digital bedanya dengan analog bagi saya hanya satu yaitu data. Jika Anda memutuskan untuk terjun ke digital, data adalah hal pertama yang Anda cari, bukan sales atau konversi. Bayangkan gini, Anda beriklan di billboard besar di jalan di tengah kota, tidak ada yang tahu tuh siapa yang liat iklannya," ujarnya.
Tapi kalau dengan channel digital Anda akan mendapatkan data demografi visitor secara lengkap. Dengan data yang baik Anda akan bisa optimasi, pada saat optimasi inilah penjualan akan melonjak tinggi.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Pedagang Sayur Bangkit dari Covid & Kebakaran, Andalkan KUR BRI untuk Menata Kembali Usaha
Ati mengaku kewajiban pembayaran cicilan KUR BRI Rp9 juta per bulan justru menjadi penambah semangat berjualan.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaJalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dukung Kesetaraan, BCA Salurkan UMKM Entrepreneur Perempuan Rp14,8 Triliun Sepanjang 2023
Persentase pekerja perempuan di BCA juga mencapai 60,8 persen dari total pekerja dan menduduki 61,1 persen dari total manajer di perusahaan.
Baca SelengkapnyaBegini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu
Di musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaContoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.
Baca SelengkapnyaTips Aman dari Covid-19 Saat Libur Natal dan Tahun Baru
Pakar mengungkap sejumlah kiat agar masyarakat dapat menjalani liburan Natal dan Tahun Baru dengan aman di tengah kasus Covid-19 yang meningkat.
Baca SelengkapnyaIndustri Penerbangan RI Mulai Pulih Usai Terseok-seok Saat Pandemi Covid-19
Setelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.
Baca SelengkapnyaBerawal dari Cita-cita Ingin Bantu Orang Lain, Ibu Asal Bojonegoro Ini Sukses Bisnis Kue hingga Katering
Jauh sebelum memulai bisnis, ia berangan-angan ingin membantu meringankan beban ekonomi tetangganya
Baca Selengkapnya