Merdeka.com - Gempuran tiket pesawat murah berdampak signifikan pada moda transportasi lainnya. Dengan terjangkaunya harga tiket pesawat, masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi udara ketimbang angkutan lainnya.

Hal itu juga dirasakan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Bisnis angkutan penumpang mengalami penurunan.

"Penumpang kita sepi sejak biaya pesawat murah atau LCC (low cost carrier)," ujar Manager Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan PT Pelni, Rina Trianasari di Jakarta, Senin (17/3).

Sebagai langkah menyikapi kondisi itu, Pelni memutar haluan bisnisnya. Perseroan memilih memaksimalkan pengangkutan kargo dibanding penumpang.

"Kita balik komposisinya, tadinya angkutan penumpang 70 persen dan 30 persen kargo. Kini kargo 70 persen dan penumpang 30 persen," jelas Rina.

Dia mengakui, potensi pasar angkutan kargo di Indonesia Timur masih sangat besar. Untuk merealisasikan rencana tersebut, perusahaan telah memodifikasi dua kapal, yakni Kapal Ciremai dan Kapal Dobonsolo. 

"Meskipun komposisi angkutan kargo lebih besar, namun kita tetap meningkatkan pelayanan kepada angkutan penumpang," ucapnya.

Perusahaan pelat merah ini tengah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan beberapa perusahaan. Diantaranya MoU dengan Krakatau Stel untuk mengangkut produksi baja, lalu dengan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) untuk mengangkut Crude Palm Oil (CPO).

Ke depannya, perseroan berencana melayani pelayaran jarak dekat seperti ke Jakarta-Surabaya. Ini dilakukan mengingat kegiatan kargo dari Jakarta menuju Surabaya masih banyak melalui jalur darat.

"Kalau jalur ganda lintas utara itu kan mengalihkan angkutan kargo dari darat ke kereta sekitar 20 persen, jadi masih banyak sisanya. Kita optimis bisa meraih sisanya," jelasnya.