Thailand Hapus Bea Masuk Baja Canai Panas RI, Peluang Ekspor Makin Besar
Merdeka.com - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyambut baik sikap pemerintah Thailand yang menghentikan pengenaan bea masuk tindakan pengamanan (safeguard) produk baja canai panas. Keputusan tersebut semakin membuka peluang bagi Indonesia untuk terus mendorong ekspor produk baja canai panas ke Negeri Gajah Putih tersebut.
"Kami mengapresiasi sikap pemerintah Thailand yang menghentikan pengenaan bea masuk safeguard baja canai panas. Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor, khususnya produk baja canai panas ke Thailand. Kami melakukan upaya pengawalan dan pembelaan atas kepentingan Indonesia untuk memastikan Indonesia tetap dikecualikan dari safeguard sejak penyelidikan awal sampai peninjauan ulang (review) pengenaan," ujar Mendag Agus di Jakarta, Kamis (1/10).
Menurut Agus, keputusan penghentian pengenaan bea masuk safeguard diambil Pemerintah Thailand karena industrinya sudah pulih dari kerugian. Tindakan safeguard impor baja canai panas telah diterapkan Pemerintah Thailand sejak Desember 2014.
Namun, Indonesia bersama sejumlah negara berkembang lainnya berhasil memperoleh pengecualian. Saat itu, bea masuk safeguard pertama kali ditetapkan sebesar 21,92 persen.
Lalu, pada 2016 tarif diturunkan menjadi 21,52 persen. Kemudian, pada 2017 diturunkan menjadi 21,13 persen. Setelah dilakukan review pertama, pengenaan safeguard diperpanjang dari Juni 2017 hingga 6 Juni 2020.
Sesuai aturan World Trade Organization (WTO), tarif yang dikenakan pada periode perpanjangan harus lebih liberal, yaitu tarif tahun selanjutnya harus lebih kecil dari pengenaan awal. Tarif safeguard pada perpanjangan pertama dimulai dari 21 persen, lalu diturunkan sebesar 0,13 persen pada setiap tahun berikutnya.
"Pemerintah Indonesia terus mengamati aktivitas pengamanan perdagangan (trade remedy) negara mitra dagang, terutama yang menyangkut komoditas ekspor Indonesia," jelasnya.
Pengusaha Diminta Manfaatkan Penghapusan Bea Masuk
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi mengungkapkan, para eksportir baja canai panas Indonesia harus memanfaatkan kesempatan ini. Setelah sebelumnya dinilai ada kehati-hatian dari para eksportir dalam melakukan ekspor karena adanya ancaman pengenaan safeguard saat dilakukan peninjauan kembali.
"Kini, para eksportir berkesempatan meningkatkan ekspor ke Thailand. Produk baja canai Indonesia juga memiliki potensi ekspor yang besar karena mampu bersaing secara kualitas dan harga," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Pengamanan Perdagangan Pradnyawati menjelaskan, ekspor baja canai panas meningkat secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. Ekspor produk baja canai panas Indonesia ke Thailand pada periode 2016-2019 mengalami peningkatan tren sebesar 18,09 persen.
Sedangkan, ekspor baja canai panas Indonesia ke seluruh dunia meningkat sebesar 44 persen pada periode yang sama. Tercatat pada 2016, nilai ekspor baja canai panas Indonesia ke dunia sebesar USD 184,3 juta.
Kemudian, nilai tersebut meningkat pada 2017 sebesar USD 254,5 juta, 2018 sebesar USD 427,4 juta, dan 2019 sebesar USD 526,9 juta. Namun, di tengah pandemi Covid-19, hingga juli 2020, nilai ekspor baja canai panas tercatat sebesar USD 300,8 juta atau turun 1,6 persen dibandingkan rentang periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penghentian ini adalah sinyal positif terbukanya pasar Thailand. Para eksportir diharapkan mampu mempercepat dan meningkatkan laju ekspor ke Thailand di tengah pandemi Covid-19. Pemerintah akan terus mengawal dan membela akses ekspor, khususnya bagi industri baja Indonesia," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beras Impor 500.000 Ton Masuk Indonesia Mulai Januari 2024, Asalnya dari Thailand dan Pakistan
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memaparkan, proses importasi beras ini masih berasal dari negara-negara langganan Indonesia.
Baca SelengkapnyaBeras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya
Singapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.
Baca SelengkapnyaAwal Tahun, Bea Cukai Bantu Ekspor Sarung Tangan Asli Kalasan ke Jepang, Nilainya Rp1,1 Miliar
Perusahaan tersebut mengekspor sarung tangan sebanyak 339 karton
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hari Kedua di Sumut, Jokowi Tinjau RSUD Hingga Cek Stok Beras
Jokowi direncanakan mengecek bahan pokok di Pasar Gelugur Rantauprapat, serta meninjau persediaan beras.
Baca SelengkapnyaGanjar soal Jokowi Naikkan Tunjangan Bawaslu Jelang Pencoblosan: Mudah-Mudahan Bukan Godaan atau Suap
Ganjar Pranowo merespons keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menaikan tunjungan pegawai Bawaslu
Baca SelengkapnyaPengusaha Khawatir Kebijakan Bali Pungut Rp150.000 ke Turis Asing Ditiru Provinsi Lain
Alasan Pemprov Bali memberlakukan pungutan bagi wisman senilai Rp150.000, lantaran Pemprovnya merasa tidak mendapatkan pemasukan.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Bea Cukai 2023 Tak Capai Target Gara-Gara Cukai Rokok Naik 10 Persen
"Ini menyebabkan produksi rokok mengalami penurunan terutama golongan 1 yaitu produsen terbesarnya," ucap Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaDi Sulteng, Jokowi Apresiasi Gebrakan Mentan Lakukan Percepatan Tanam Padi
Luas hamparan panen di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa seluas 266 hektar.
Baca SelengkapnyaCak Imin Janjikan Masalah Sektor Pertanian Beres Tahun Ini
Menurut Cak Imin, pertanian merupakan salah satu sektor yang memerlukan perhatian khusus.
Baca Selengkapnya