Tekan Defisit, Kemendag Didorong Perluas Pasar Ekspor
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia diminta untuk terus mendorong ekspor berbagai produk maupun komoditas ke China. Sebab, gap nilai perdagangan antara Indonesia dan China semakin membesar, disinyalir sebagai imbas perang dagang antara negara tersebut dan Amerika Serikat.
Padahal, potensi pasar China dinilai sangat besar karena jumlah penduduknya terbanyak. Menteri Perdagangan diminta lebih aktif melakukan lobi-lobi dengan China.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, Indonesia juga masih memiliki banyak produk dan komoditas yang bisa meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
"Iya jadi sebenarnya masih bisa diupayakan dengan berbagai strategi. Jadi yang namanya berdagang atau bekerja sama itu dalam hal ini kita konteksnya bersaing, jadi produknya yang bersaing," ujar Heri di Jakarta.
Heri menambahkan bahwa pemerintah bisa mengidentifikasi produk atau komoditas mana saja dari Indonesia yang bisa dioptimalkan produksinya sehingga bisa meningkatkan nilai ekspor. Menurutnya, optimalisasi produksi dapat menekan nilai defisit Indonesia terhadap perdagangan dengan China yang pada tahun 2018 meningkat hingga hampir setengahnya.
Menurut catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), nilai defisit perdagangan Indonesia terhadap China pada tahun 2018 mencapai USD 18,40 miliar. Angka ini terpantau meningkat sekitar 45 persen dibandingkan defisit perdagangan Indonesia terhadap China pada 2017 yang hanya senilai USD 12,68 miliar.
Nilai ekspor Indonesia ke China pada periode Januari hingga April 2019 juga terpantau turun dibandingkan capaian ekspor periode sama tahun sebelumnya, yakni dari USD 11,13 miliar menjadi USD 10,34 miliar.
Sementara nilai impor Indonesia dari China pada tahun 2018 meningkat 27,31 persen (yoy) dari USD 35,76 miliar pada tahun 2017 menjadi USD 45,53 miliar pada tahun 2018.
"Artinya mereka (China) nggak apa-apa, kitanya yang apa-apa. Artinya dengan ada perang dagang, China bisa cari pasar alternatif selain ke Amerika Serikat. Mereka (China) ke Indonesia, India, dan negara lainnya," sambung Heri.
Kesempatan berbeda, Kementerian Perdagangan konsisten untuk memperluas ekspor ke pasar nontradisional untuk meningkatkan ekspor nonmigas antara lain melalui misi dagang, promosi ekspor maupun pembentukan perjanjian bilateral.
"Hingga semester I tahun 2019, sejumlah langkah telah dilaksanakan Kemendag terkait pengembangan ekspor, di antaranya pelaksanaan kegiatan-kegiatan promosi dagang terpadu ke sejumlah negara," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda seperti dikutip dari Antara.
Beberapa upaya dilakukan, misalnya menggelar misi dagang, promosi dagang, hingga kerja sama penugasan khusus pembiayaan ekspor ke negara-negara di kawasan Afrika, Asia Selatan dan Timur Tengah, Selandia Baru, dan Turki.
Dalam jangka pendek, kebijakan peningkatan ekspor dilakukan melalui pemilihan komoditas ekspor unggulan, mengurangi biaya dan simplifikasi prosedural ekspor, serta diplomasi ekonomi dan peningkatan akses pasar.
Terkait upaya peningkatan ekspor melalui pemilihan komoditas ekspor unggulan, saat ini pemerintah telah menetapkan sektor unggulan berorientasi ekspor yang diklasifikasi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama yakni sektor prioritas IR 4.0, yang terdiri dari industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, elektronika, otomotif, dan kimia; serta sektor non IR 4.0, yang terdiri atas industri perikanan, permesinan umum, serta produk lainnya (kayu, karet, dan furnitur).
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Juni 2019 mencapai 80,32 miliar dolar AS atau menurun 8,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 74,21 miliar dolar AS atau menurun 6,54 persen.
Nilai ekspor nonmigas tersebut menunjukkan penurunan yang terbilang relatif kecil dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 sebesar 6,54 persen.
"Namun demikian, pemerintah tetap optimis dapat mendorong ekspor Indonesia tumbuh sesuai target dengan berbagai upaya yang telah dan akan terus dilaksanakan untuk membuka dan memperluas pasar dan pangsa pasar ekspor Indonesia," ujar Arlinda.
Selain itu, Kemendag mendorong peningkatan daya saing produk ekspor di pasar global, mendorong produk ekspor Indonesia menjadi bagian dari Global Value Chain; serta mendorong peningkatan ekspor produk bernilai tambah tinggi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ganjar Pranowo mengatakan bahwa sistem pertahanan Indonesia harus bisa mengantisipasi pertarungan global antara Amerika Serikat dengan China.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca Selengkapnya