Survei: Suku Bunga KPR Tinggi Jadi Hambatan Masyarakat Beli Rumah
Merdeka.com - Pemerintah telah memberi kemudahan atau insentif dalam pembelian properti di tengah pandemi ini. Salah satunya insentif pajak dan kemudahan uang muka atau down payment (DP). Namun, di tengah berbagai kemudahan yang telah diberikan oleh pemerintah melalui pembebasan PPN, hambatan yang dianggap semakin menonjol sekarang adalah tingginya suku bunga.
Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 menemukan bahwa sebanyak 60 persen responden menganggap suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) saat ini berada pada level yang tinggi. Angka ini naik dibandingkan semester sebelumnya yang dinyatakan oleh 59 persen responden.
Selain itu 88 persen responden juga kini berharap agar pemerintah mengambil langkah untuk membantu menurunkan suku bunga.
"Masih tingginya tingkat suku bunga KPR juga mengakibatkan tingginya besaran angsuran KPR yang harus dibayar tiap bulan sehingga menjadi hambatan yang dihadapi ketika mengambil KPR. Hal ini dinyatakan oleh sekitar sepertiga responden atau sejumlah 34 persen responden," kata Country Manager Rumah.com, Marine Novita di Jakarta, Selasa (5/10).
Survei ini juga menemukan bahwa semakin banyak responden yang mengandalkan portal properti untuk mendapatkan informasi tentang properti. Sebanyak 56 persen responden mengandalkan portal properti, naik dari 47 persen responden pada semester sebelumnya.
Temuan utama selanjutnya adalah pencarian properti oleh konsumen semakin merata keluar Jakarta. Adanya kebijakan perusahaan untuk menerapkan bekerja dari rumah atau (work from home/WFH). Hal ini membuat banyak orang menjadi sadar bahwa bekerja tidak harus di kantor atau tidak harus lagi tinggal di kota besar yang hiruk pikuk.
Lebih dari separuh atau sekitar 55 persen responden mengaku terpikir untuk mencari hunian di luar wilayah Jabodetabek jika bisa terus menjalani sistem kerja WFH atau remote working. Angka ini merupakan kenaikan dari 53 persen responden pada semester sebelumnya.
Wilayah-wilayah yang akan dipertimbangkan jika para pencari rumah bisa tinggal di luar Jabodetabek adalah Jawa Barat dinyatakan oleh 46 persen responden, Bali dinyatakan oleh 22 persen responden, Yogyakarta dinyatakan oleh 21 persen responden, Jawa Tengah dinyatakan oleh 16 persen responden.
Selain itu, pola pencarian properti di situs Rumah.com juga mulai menyebar keluar DKI Jakarta. Persentase pencarian properti di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Depok berkurang 3-5 persen dibanding kuartal sebelumnya. Sebaliknya, pencarian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bogor mengalami peningkatan 3-5 persen pada periode yang sama.
Perubahan tren ini mungkin terkait dengan situasi pandemi Covid-19 (WFH), selain karena pembangunan infrastruktur di wilayah penyokong Jakarta, serta penurunan dan stagnasi harga di kota/kabupaten tersebut.
Fitur Ramah Lingkungan
Marine menambahkan bahwa konsumen Indonesia juga mulai menyadari akan pentingnya bermacam-macam fitur ramah lingkungan pada rumah atau apartemen incaran mereka. Rumah ramah lingkungan bukan lagi hanya sekadar wacana, namun dianggap bisa berdampak langsung terhadap penghematan dan kenyamanan.
"Sebanyak sembilan dari sepuluh responden Rumah.com Consumer Sentiment Survei H2 2021 merasa fitur-fitur ramah lingkungan pada rumah atau apartemen yang mereka akan beli sangat penting. Kesadaran akan sustainable living ini muncul setelah konsumen merasakan manfaat dari berbagai fitur ramah lingkungan yang ditawarkan pada hunian-hunian yang mengusung konsep tersebut," ungkap Marine.
Sebanyak 48 persen dari responden survei, berharap fitur ramah lingkungan dapat mengurangi penggunaan listrik dan 40 persen berharap rumah yang ramah lingkungan itu mudah dijangkau angkutan umum.
Marine menyimpulkan bahwa hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 menunjukkan bahwa konsumen sudah kembali berminat untuk melakukan transaksi pembelian properti, apalagi hunian merupakan kebutuhan pokok. Hanya saja ada beberapa pergeseran sentimen konsumen yang harus disikapi oleh pelaku industri baik para pengembang maupun kalangan perbankan. Masyarakat kini juga mempertimbangkan lebih sedikit faktor ketika mengambil pinjaman rumah namun faktor utama masih sama yaitu besaran angsuran, jangka waktu pinjaman dan tingkat suku bunga KPR.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perlu banyak persiapan dan pertimbangan finansial yang harus dilakukan terutama yang baru pertama kali bekerja.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaDi akhir 2023, penambahan inventori baru pada proyek perumahan naik hingga dua kali lipat, sementara permintaan akan rumah baru juga naik hingga 27 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penjualan properti residensial triwulan IV-2023 tercatat meningkat 3,37 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaPeningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaAlhasil, pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik
Baca SelengkapnyaSebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaBTN berupaya semakin kreatif dalam memfasilitasi masyarakat untuk memiliki rumah, termasuk ketika harga rumah bersubsidi diputuskan naik.
Baca Selengkapnya