Survei: Ramadan 2021, Pendapatan Masyarakat Turun Namun Minat Belanja Tetap Tinggi
Merdeka.com - Big Data Analyst Continuum Data Indonesia, Muhammad Azzam mencatat, sejak awal Ramadan 2021 indeks konsumsi mengalami kenaikan sebesar 17 persen. Kendati demikian indeks pendapatan justru mengalami penurunan hingga 10 persen.
Menurutnya, peningkatan indeks konsumsi tersebut dipicu oleh berbagai komponen yang menunjukkan peningkatan di awal bulan Ramadan. Tertinggi ialah untuk komponen pakaian dan diikuti oleh konsumsi rumah tangga.
"Pakaian itu meningkat sebesar 47 persen, karena meningkatnya belanja online, beli jeans, sarung, dan lainnya. Sementara di komponen rumah itu naik sebesar 18 persen karena ada (permintaan) perabotan, alat-alat dapur, setup home office dan lainnya," terangnya dalam acara Diskusi Online Indef bertajuk Ekonomi Ramadan 2021, Lesu atau Bergairah? Analisis Perilaku Konsumen Melalui Pendekatan Big Data, Senin (3/5).
Azzam menambahkan, komponen konsumsi selanjutnya yang mengalami kenaikan ialah komunikasi dan jasa sebesar 8 persen, restoran 6 persen, makanan dan minuman sebesar 4 persen. Lalu, transportasi sebesar 2 persen, dan perawatan pribadi sebesar 3 persen.
"Sementara komponen konsumsi yang mengalami penurunan adalah rekreasi dan olahraga -14 persen, pendidikan -15 persen, dan perumahan, listrik, air -21 persen. Untuk perumahan iti dipicu oleh pengurusan surat-surat KPR yang dinilai masih sulit," ungkapnya.
Penurunan Pendapatan
Sedangkan penurunan indeks pendapatan di awal Ramadan tahun ini dipicu oleh penurunan tiga komponen utama. Yakni investasi -13 persen, kesempatan bekerja -18 persen, serta gaji dan bonus -21 persen.
"Untuk penurunan investasi itu akibat adanya anggapan dana darurat dinilai lebih penting ketimbang investasi di masa pandemi ini. Kalau kesempatan bekerja terkait info loker hingga belum dapat kerja," tekannya.
Sebagai informasi, periode pengambilan data tersebut dilakukan pada 1 April hingga 25 April 2021. Pendekatan digunakan melalui big data secara real time mencakup 1,204,102 pembicaraan di media sosial dari 934,671 akun media sosial.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk tahun 2024 ini, kenaikan permintaan berbagai komoditas terbilang wajar karena sudah terdeteksi satu bulan sebelum Ramadan.
Baca SelengkapnyaKenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaPara menteri diminta untuk menjaga harga pangan jelang Idul Fitri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaOleh karena itu, ID Food selalu melakukan impor daging guna mengatasi tingginya tingkat konsumsi pada periode tersebut.
Baca SelengkapnyaKenaikan HET beras ini berlaku mulai 10- 23 Maret 2024 di 8 wilayah Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaDi Kudus, penjual intip ketan sudah jarang ditemui. Bisa dibilang makanan tradisional ini kini sangat langka.
Baca Selengkapnya