Survei ADB: Kesenjangan Keuangan Perdagangan Global Tertinggi Sepanjang Sejarah
Merdeka.com - Survei Asian Development Bank (ADB) mencatat bahwa kesenjangan keuangan perdagangan global mengalami peningkatan tertinggi dari yang pernah ada yakni USD 1,7 triliun pada tahun 2020. Angka ini meningkat 15 persen dari 2 tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan perdagangan global hancur karena ketidakpastian ekonomi dan keuangan global akibat pandemi Covid-19.
"Kesenjangan keuangan perdagangan global tumbuh ke level tertinggi sepanjang masa sebesar USD 1,7 triliun pada tahun 2020, meningkat 15 persen dari dua tahun sebelumnya," tulis ADB dalam rilis resmi yang diterima merdeka.com, Jakarta, Selasa (12/10).
Kepala Keuangan Perdagangan dan Rantai Pasokan ADB, Steven Beck menilai survei tersebut menunjukkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi yang paling terpukul. Sebab pembiayaan perdagangan menipis karena 40 persen dari permintaan pembiayaan perdagangan yang ditolak.
UKM milik perempuan merasa sangat sulit untuk mendapatkan pembiayaan. Setidaknya 70 persen pengajuan pinjaman mereka dilaporkan ditolak seluruhnya atau sebagian. Kesenjangan yang mewakili perbedaan antara permintaan dan persetujuan pembiayaan untuk mendukung impor dan ekspor yakni USD 1,5 triliun pada 2018.
"Perdagangan sangat penting bagi ekonomi global untuk pulih dari pandemi, tetapi kekurangan pembiayaan membuat lebih sulit untuk menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan," kata Beck.
Dia menilai, tantangan bisnis perdagangan diperkirakan akan lebih berat daripada yang ditunjukkan survei. Sebab banyak pelaku usaha yang terganjal ketidakpastian ekonomi. Bahkan untuk mengajukan pembiayaan perdagangan pelaku UKM tidak bisa. Harga yang lebih tinggi untuk makanan dan energi akan memperburuk kesenjangan, memakan batas keuangan negara dan rekanan untuk mendukung perdagangan.
"Tantangan bisnis perdagangan mungkin lebih berat daripada yang ditunjukkan survei kami, karena banyak dari mereka terhalang oleh ketidakpastian ekonomi bahkan untuk mengajukan pembiayaan perdagangan," tutur Beck.
Survei ini merupakan barometer kesehatan keuangan perdagangan terkemuka di dunia. Survei ketujuh mencakup 79 bank dan 469 perusahaan, yang mencakup semua wilayah di dunia.
Neraca yang lebih lemah dan ketidakpastian makroekonomi selama pandemi memperbesar kesenjangan. Peraturan yang dirancang untuk mengekang pencucian uang dan penipuan terus secara tidak sengaja menimbulkan hambatan untuk melayani kebutuhan pembiayaan perdagangan.
Langkah Perbankan
Bank mengambil langkah ekstra untuk mendukung UKM, dengan 27 persen melaporkan mereka menawarkan moratorium utang dan 23 persen meningkatkan tingkat ketersediaan modal. Lebih dari 40 persen perusahaan mengharapkan pendapatan mereka kembali ke tingkat sebelum pandemi pada tahun 2022.
Menurut hasil survei, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menutup kesenjangan untuk perusahaan milik perempuan. Antara lain dengan menarik, mempertahankan, dan mempromosikan lebih banyak perempuan di bidang keuangan. Digitalisasi perdagangan lebih lanjut juga akan membantu melalui efisiensi baru, tetapi lebih banyak dukungan sektor publik dan standar global diperlukan untuk mewujudkan potensi ini.
"Untuk menutup kesenjangan, kita perlu membawa perdagangan sepenuhnya ke dunia digital melalui koordinasi yang lebih besar dengan sektor swasta serta kesepakatan global tentang standar, praktik, dan undang-undang bersama," kata Beck.
Didukung oleh peringkat kredit AAA ADB, Trade and Supply Chain Finance Program (TSCFP) memberikan pinjaman dan jaminan kepada lebih dari 200 bank mitra untuk mendukung perdagangan, menciptakan peluang impor dan ekspor bagi perusahaan di seluruh Asia dan Pasifik.
Jumlah transaksi TSCFP meningkat sebesar 50 persen pada tahun 2020 untuk mengisi kesenjangan pasar yang semakin besar yang ditinggalkan oleh sektor swasta yang mengalami pengurangan. Pada tahun 2021, TSCFP akan mendukung lebih dari 7.000 transaksi senilai lebih dari USD 6 miliar di pasar di mana sektor swasta paling bermasalah dalam beroperasi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hasil Survei Ungkap Banyak Orang Indonesia Tak Siapkan Rencana Keuangan Masa Depan, Apa Solusinya?
Sebanyak 15 persen responden dengan pendapatan tinggi mengaku bahwa seringkali pengeluarannya melebihi anggaran bulanan.
Baca SelengkapnyaDukung Kesetaraan, BCA Salurkan UMKM Entrepreneur Perempuan Rp14,8 Triliun Sepanjang 2023
Persentase pekerja perempuan di BCA juga mencapai 60,8 persen dari total pekerja dan menduduki 61,1 persen dari total manajer di perusahaan.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaBukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaEkonomi Anjlok, Jepang Resmi Masuk Resesi
Padahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca Selengkapnya