Strategi Bank Indonesia Percepat Penurunan Suku Bunga Kredit Perbankan
Merdeka.com - Bank Indonesia, dalam satu tahun terakhir, telah menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,5 persen. Pemangkasan suku bunga ini dilakukan dalam rangka memberikan kebijakan yang akomodatif akibat pandemi Covid-19.
Sayangnya, penurunan suku bunga acuan ini tidak direspon cepat perbankan. Suku bunga dasar kredit yang masih tinggi menjadi salah satu penyebab melemahnya penurunan permintaan kredit.
"Suku bunga perbankan terjadi penurunan meskipun dalam speed yang tidak secepat policy rate," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo dalam Webinar Menakar Efektivitas Stimulus Ekonomi, Jakarta, Selasa (4/5).
Dody melanjutkan suku bunga dasar kredit hanya turun sekitar 70 bps sampai 80 bps. Sementara suku bunga deposito lebih cepat turun dan hampir sejalan dengan kebijakan bank sentral.
Melihat kondisi ini, Bank Indonesia memberikan kebijakan agar perbankan menyampaikan transparansi suku bunga dasar kredit dan melaporkan kepada bank sentral untuk disosialisasikan. Hasilnya, kata Dody tercipta sentimen positif karena perbankan mulai menurunkan suku bunga dasar kredit.
"Ini menjadi sentimen yang positif dan ini terus menurunkan suku bunga dasar kredit," kata dia.
Hingga saat ini Dody menyebut selisih suku bunga acuan dengan suku bunga dasar masih cukup tinggi, yakni 3,9 persen. Meski begitu hal ini lebih baik dari sebelumnya yang memiliki selisih antara 4,2 persen sampai 4,5 persen.
"Ini selisihnya 3,9 persen dari sebelumnya itu mungkin di kisaran 4,2-4,5 persen," kata dia.
Penurunan suku bunga dasar tersebut terjadi hanya dalam waktu dua bulan terakhir. Angka permintaan kredit pun mengalami perbaikan dari semula sekitar 10 persen menjadi turun 9 persen.
Selanjutnya
Respon positif ini, kata Dody, menjadi insentif bagi korporasi, pelaku usaha untuk melakukan pinjaman kepada perbankan. Tercermin dari permintaan kredit jenis korporasi, KPR dan konsumsi mulai berkurang di dua bulan terakhir.
"Suku bunga dasar kredit untuk jenis korporasi, KPR, konsumsi sudah mulai menukik di 2 bulan terakhir, artinya ini dampak kita meminta transparansi SPDK ke publik," kata dia.
Untuk itu, dalam hal ini penting bagi regulator untuk menghubungkan sektor riil dengan perbankan. Mempertemukan penawaran dengan permintaan. Meskipun perbankan tetap berhati-hati dalam memberikan pinjaman.
"Kecenderungannya di tahun 2020 sampai sekarang ini perbankan masih di posisi lebih ketat. Sekarang ini aturannya mulai melonggar melihat dari sisi sektor yang prospektif untuk melakukan pembiayaan perbankan," kata dia mengakhiri.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaSelain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaPenyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Baca Selengkapnya