Sri Mulyani Antisipasi Konsumsi Masyarakat Makin Turun di Kuartal II-2020
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sejumlah prediksi kondisi ekonomi di kuartal-II 2020. Salah satunya adalah konsumsi masyarakat yang diprediksi bisa jatuh lebih dalam dibandingkan capaian kuartal I-2020 yang hanya mencapai 2,97 persen.
"Kita bisa bayangkan kuartal II di mana April-Mei PSBB dilakukan meluas, maka konsumsi pasti alami drop jauh lebih besar," ujar Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja secara virtual bersama DPR, Jakarta, Rabu (6/5).
Pelemahan konsumsi terjadi karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk penanganan Covid-19. Pemberlakuan PSBB tersebut membuat masyarakat tak melakukan perjalanan sehingga sektor transportasi tidak bekerja sebagaimana sebelumnya.
"Yang kemarin itu masih di Jabodetabek atau Jakarta, itu saja sudah turun, konsumsi langsung 2,84 persen. Itu jauh di bawah yang kita perkirakan awal. Jadi kalau orang di rumah hanya makan saja, tidak keluar rumah, tidak keluar transportasi dan tidak membeli segala macam, ya akan begitu," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan, penurunan konsumsi nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebab, konsumsi merupakan faktor penyusun terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"GDP indonesia 57 persen adalah konsumsi. Dan dari GDP Indonesia, kontribusi dari Jakarta dan Jawa itu lebih dari 50 persen. Hampir 55 persen. Artinya kalau Jakarta dan Jawa PSBB meluas, sudah pasti konsumsi tidak tumbuh, bahkan kontraksi," paparnya.
Pertumbuhan Ekonomi Turun
Kementerian Keuangan menyatakan dampak Covid-19 mewarnai perekonomian Indonesia di triwulan I-2020 yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,97 persen (year on year). Meski berdampak lebih cepat dari perkiraan, tingkat pertumbuhan Indonesia ini masih relatif lebih baik dibandingkan Amerika Serikat (0,3 persen), Korea Selatan (1,3 persen), Uni Eropa (-3,3 persen), Singapura (-2,2 persen), Tiongkok (-6,8 persen), dan Hong Kong (-8,9 persen). Namun demikian, tingkat pertumbuhan ini masih lebih rendah dibandingkan Vietnam (3,8 persen).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang merosot ke 2,84 persen dan investasi yang hanya tumbuh 1,70 persen. Sementara itu, konsumsi Pemerintah masih tumbuh sebesar 3,74 persen, ekspor tumbuh sebesar 0,24 persen ketika impor kontraksi sebesar -2,19 persen.
Merosotnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peningkatan konsumsi kesehatan, pendidikan, perumahan, serta perlengkapan rumah tangga, ternyata tidak mampu mengimbangi penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan serta transportasi dan komunikasi.
Dalam kondisi pembatasan aktivitas, masyarakat mengurangi konsumsi barang-barang kebutuhan nonpokok. Sinyal pelemahan konsumsi ini juga terlihat pada menurunnya indeks keyakinan konsumen dan penjualan eceran pada Maret 2020 sebesar -5,4 persen (yoy).
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen di 2024
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Ingatkan Perjalanan Indonesia Jadi Negara Maju Tidak Mudah, Ini Alasannya
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Beri Sinyal Suku Bunga Turun di Semester II-2024
Kondisi ekonomi global 2023 diprediksikan oleh banyak lembaga internasional merupakan tahun yang cukup gelap.
Baca SelengkapnyaData Sri Mulyani: Indonesia Peringkat Ketiga Negara G20 Produksi Emisi Karbon Terendah
Sri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca Selengkapnya