Siap-Siap Udara Bumi Makin Berpolusi, ini Biang Keroknya
Merdeka.com - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengungkapkan, sejumlah dampak buruk akibat perang Rusia dan Ukraina. Salah satunya mendorong penggunaan energi kotor atau tidak ramah lingkungan.
Dia mencontohkan, sejumlah negara di Eropa bersiap untuk kembali mengaktifkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Hal ini demi kepentingan masyarakat jelang memasuki musim dingin di tengah pembatasan pengiriman stok minyak mentah dari Rusia.
"Kemudian, Amerika mengatakan saya rilis deh cadangan minyak saya. Cadangan minyaknya kan adalah fossil fuels. Betul kan?," imbuhnya dalam webinar Indonesia Infrastructure Roundtable (IRR), Jakarta, Jumat (8/7).
Selain itu, sejumlah negara juga telah menambah anggaran subsidi dan kompensasi untuk sektor energi seiring meningkatnya harga minyak mentah dunia. Termasuk, Indonesia.
"Apa yang kita lakukan, kita tambah subsidi dan kompensasi untuk energi adalah bentuk survival. Karena, kita ingin melindungi masyarakat," jelasnya.
Oleh karena itu, Suahasil memastikan peningkatan pemanfaatan energi berbasis fosil tersebut hanya bersifat jangka pendek. Komitmen tersebut ditandai dengan fokus pemerintah untuk mempercepat penggunaan transisi energi ramah lingkungan sebagai jarak jangka menengah dan jangka panjang.
"Kita tidak akan melupakan jangka menengah dan panjang. Kita tetap bicara transisi menuju green economic," tutupnya.
Ribuan Orang di Kota Besar Dunia Meninggal karena Polusi Udara
Polusi udara menyebabkan puluhan ribu kematian di lima kota terpadat di dunia tahun lalu meskipun ada penguncian (lockdown) virus corona, kata para peneliti pada Kamis, seraya mendesak pemerintah membuang bahan bakar fosil dan berinvestasi dalam pemulihan hijau.
Kelompok kampanye lingkungan Greenpeace Asia Tenggara dan perusahaan teknologi kualitas udara IQAir mengukur tingkat polusi di 28 kota - dipilih berdasarkan ketersediaan data dan penyebaran geografis.
Di lima kota terpadat - Delhi, Mexico City, Sao Paulo, Shanghai dan Tokyo - polusi udara menyebabkan sekitar 160.000 kematian dan kerugian ekonomi sekitar 85 miliar dolar (Rp1,1 kuadriliun).
"Beberapa bulan penguncian tidak benar-benar menurunkan rata-rata polusi udara jangka panjang yang telah menerpa orang," kata Aidan Farrow, seorang ilmuwan polusi udara di Laboratorium Penelitian Greenpeace di Universitas Exeter Inggris, seperti dilansir laman Antara mengutip Reuters.
"Agak mengejutkan melihat seberapa banyak gejolak yang terjadi - dan kami masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperbaiki polusi udara," katanya kepada Thomson Reuters Foundation.
Polusi udara adalah risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia secara global, dan membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO mengatakan sembilan dari 10 orang menghirup udara yang tercemar, yang terkait dengan serangan pembuluh darah di otak, kanker paru-paru dan penyakit jantung - dan sekarang sama dengan efek dari merokok, kata para ahli kesehatan.
Masalahnya memengaruhi lebih banyak kota di Asia daripada di mana pun di dunia. Penyebab utamanya termasuk emisi kendaraan, pembangkit listrik tenaga batu bara, konstruksi, festival kembang api, pembukaan hutan, dan pembakaran tanaman, kayu bakar dan limbah.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak keluarga dan rekan-rekannya berusaha menolong, namun sia-sia sehingga dilaporkan ke Basarnas Kupang.
Baca SelengkapnyaDari hasil rekapitulasi jumlah kendaraan pada arus mudik dari Merak ke Bakauheni yang didata Polda Banten sebanyak 259.216 kendaraan bermotor.
Baca Selengkapnyakenaikan anggaran perlinsos tahun ini utamanya disumbang lebih besar oleh kenaikan anggaran subsidi energi dan pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banjir kali ini lebih besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa pada awal Februari lalu.
Baca SelengkapnyaDalam operasional, ternyata pesawat udara membutuhkan perawatan dan perbaikan berkala dan rutin guna menjaga kelaikannya terbang.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaBuang air besar lebih sering dibanding biasanya bisa terjadi akibat sejumlah hal atau perubahan yang kita lakukan.
Baca SelengkapnyaLuhut mengatakan, pemerintah saat ini masih terus mengkaji mana jalan terbaik untuk bisa memitigasi polusi udara.
Baca Selengkapnya