Sanksi ekonomi Iran dicabut, harga minyak dunia akan terus turun
Merdeka.com - Iran dan enam negara Barat dipimpin Amerika Serikat, berhasil menuntaskan perjanjian terkait teknologi nuklir di Kota Wina, Austria, Selasa (14/7). Iran, negara mayoritas Syiah, diizinkan memiliki teknologi nuklir untuk tujuan damai. Dengan demikian, sanksi ekonomi yang sejak tiga tahun terakhir menimpa Negeri Para Mullah itu dicabut.
Dicabutnya sanksi ekonomi memungkinkan Iran untuk kembali ke panggung ekonomi dunia dan mengekspor barang termasuk minyak bumi. Hal ini membuat harga minyak bergejolak beberapa hari ini.
Minyak mentah Brent sempat turun 2 persen menjadi USD 56,67 per barel pada Selasa. Namun, harga minyak dunia berbalik arah dan kembali naik menjadi USD 58,42 per barel. Sedangkan minyak WTI (West Texas Intermediate) naik satu persen menjadi USD 52,86. Sedangkan gas alam turun 1,2 persen.
Analis menyebut, gejolak harga minyak dunia terjadi karena banyak kalangan yang menyadari minyak mentah Iran tidak akan masuk pasaran dalam waktu dekat.
"Penjualan minyak Iran bertahap dan proses kemungkinan lebih lama daripada yang diharapkan," ucap Kepala Analis Lloyd' List Intelligence, Neil Atkinson seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Rabu (15/7).
Iran telah mengisyaratkan niatnya untuk kembali ke pasar minyak dan ditulis dalam artikel di kementerian ESDM Iran. "Kami akan mencoba untuk memaksimalkan kapasitas ekspor minyak mentah ke Eropa," isi kutipan Pemerintah Iran.
Jika Iran resmi masuk ke pasar minyak dunia, bagaimana pergerakan harga minyak?
Para analis menyarankan agar investor dan dunia lebih melihat pada harga minyak mentah 2016 mendatang, dan kemungkinan akan jauh lebih rendah dari sekarang.
Tahun ini saja, pasokan minyak mentah sudah melimpah dan permintaan terus turun yang membuat harga terus anjlok. Kesepakatan nuklir Iran bisa membahayakan karena akan lebih banyak minyak mentah di pasaran. Selain itu, OPEC juga terus meningkatkan pasokan dalam rangka mendapatkan pangsa pasar.
"Pada saat kelebihan pasokan minyak, OPEC akan mencari pasar. Ketidakseimbangan pasar akan menekan harga minyak, tidak hanya sepuluh bulan ke depan tapi untuk medium term," ucap analis gas dan minyak Natixis, Abishek Deshpande.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Harga Minyak Diprediksi Melonjak Akibat Serangan Houthi di Laut Merah
Tujuan serangan sebagai bentuk dukungan kepada Palestina ketika Israel dan Hamas melancarkan perang.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Naikkan Pajak BBM, Pertamina Masih Tahan Harga
Menurut Menteri ESDm, itu wajar dilakukan saat harga minyak dunia turun imbas gencatan senjata Israel dan Hamas.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Catat! Kemendag Jamin Harga Minyak Kita Tak Naik Hingga Lebaran 2024
Hal ini merespons isu kenaikan harga minyak kita akibat kurangnya realisasi domestic market obligation (DMO) oleh produsen.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSiap-Siap, Harga Minuman Manis Kemasan Bakal Naik Akibat Kebijakan Pemerintah Ini
Triyono khawatir kenaikan harga minuman manis dalam kemasan nantinya akan membebani daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaPengusaha Minuman Ringan Keluhkan Mahalnya Harga Gula Dunia
Gula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaHarga Gas Murah Belum Terserap 100 Persen, SKK Migas Bongkar Penyebabnya
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca Selengkapnya