Rupiah melemah nyaris Rp 14.000 per USD, bos BI sebut Indonesia butuh redenominasi
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo angkat suara soal pelemahan nilai tukar Rupiah yang nyaris menyentuh level Rp 14.000 per USD. Hari ini saja, Rupiah dibuka melemah pada level 13.955 per USD.
Menurut Agus, pelemahan nilai tukar Rupiah tak bisa hanya dilihat dari nominalnya, tetapi harus dilihat dari presentasenya.
"Karena presentase kita walaupun ada depresiasi, depresiasi kita itu pasti lebih kecil dibandingkan depresiasi negara lain, misalnya tadi tetangga kita Turki, Brasil ataupun seperti India. Jadi yang menjadi tantangan kita adalah Rupiah belum redenominasi mata uang," kata Agus, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (3/5).
Agus menjelaskan, saat ini USD 1 nilainya sama dengan 5 digit angka Rupiah, sedangkan mata uang lain USD 1 sama dengan 1 digit mata uang negaranya. "Jadi persentase kecil seolah -olah jumlahnya besar," ujarnya.
Agus berharap, Indonesia bisa segera redenominasi di mana Rp 1.000 menjadi Rp 1.
Namun dia mengungkapkan, Indonesia baru bisa redenominasi beberapa tahun mendatang.
"Redenominasi pasti masih dalam diskusi antara Bank Indonesia, pemerintah dengan DPR. Tetapi 2018, 2019 belum masuk, mungkin kalau kita bisa di tahun 2019 atau 2020 sudah masuk dalam RUU Redenominasi mata uang."
Kendati demikian, Agus menegaskan saat ini kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi yang stabil sehingga isu melemahnya Rupiah tidak akan mempengaruhi.
"Tapi mohon ekonomi kita yang sedang baik ini jangan kemudian kita anggap sesuatu yang buruk hanya karena ada fleksibel exchange rate. Yang ingin kami katakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita tahun 2018 ini akan lebih baik dibandingkan 3 tahun terakhir, dan juga kita lihat inflasi terjaga."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?
Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaTernyata, Peredaran Uang Selama Pemilu 2024 Mencapai Rp67,1 Triliun
Realisasi peredaran uang selama masa Pemilu 2024 hanya mencapai Rp67,14 triliun, atau lebih rendah dari perkiraan BI sebesar Rp68 triliun.
Baca SelengkapnyaPelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca Selengkapnya