Rupiah Masih Melemah Sentuh Level Rp14.463 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak fluktuatif di perdagangan hari ini, Selasa (9/3). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp14.415 per USD, melemah dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp14.360 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah masih melanjutkan pelemahan usai pembukaan hingga menyentuh level Rp14.463 per USD. Namun kemudian, Rupiah menguat dan saat ini bergerak stagnan di posisi Rp14.423 per USD.
Tim Riset Monex Investindo Future mencatat, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta masih terkoreksi dibayangi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS. "Dolar AS masih berpeluang menguat di awal sesi Selasa bila melanjutkan sentimen beli dolar AS yang ditopang naiknya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS," tulis tim dalam kajiannya di Jakarta, dikutip Antara, Selasa (9/3).
Telah disetujuinya stimulus fiskal pemerintah AS sebesar 1,9 triliun dolar AS oleh Senat AS di akhir pekan lalu dan janji Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell untuk mempertahankan stimulus moneter untuk menopang pemulihan ekonomi AS, telah menopang kembali naiknya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Dolar AS naik ke level tertinggi dalam 3,5 bulan pada Senin (8/3) kemarin karena meningkatnya tingkat imbal hasil obligasi AS yang membuat takut investor dan meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven dolar AS.
Setelah turun sekitar 4 persen pada kuartal terakhir 2020, dolar AS telah menguat hampir 2,5 persen pada tahun ini hingga hari ini karena investor memperkirakan kenaikan secara luas dalam tingkat imbal hasil obligasi AS yang dapat membebani penilaian ekuitas dan meningkatkan permintaan untuk mata uang AS.
Data ekonomi AS akhir-akhir ini juga mendukung penguatan dolar AS seperti laporan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian yang menambahkan 379.000 pekerja pada bulan lalu. Indeks dolar AS pada pukul 20:46 WIB Senin (8/3) terlihat menguat sekitar 0,3 persen di level 92,23, yang merupakan level tertinggi sejak akhir November.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kurs Rupiah Jangan Sampai Lebihi Rp16.000, Kenapa?
Pemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaPelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaNilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
Baca SelengkapnyaAwas! Dampak Pelemahan Rupiah Berpotensi Mirip Krisis Moneter 1998
Rupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaTernyata, Peredaran Uang Selama Pemilu 2024 Mencapai Rp67,1 Triliun
Realisasi peredaran uang selama masa Pemilu 2024 hanya mencapai Rp67,14 triliun, atau lebih rendah dari perkiraan BI sebesar Rp68 triliun.
Baca Selengkapnya