Rupiah Makin Melemah Sentuh Level Rp14.453 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah seiring kekhawatiran bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) terhadap perang dagang antara AS dan China. Rupiah dibuka di level Rp14.445 atau melemah tipis dibanding penutupan kemarin di Rp14.434 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah langsung melemah ke level Rp14.453 usai pembukaan. Namun kemudian menguat tipis ke level Rp14.438, lalu melemah kembali dan saat ini Rupiah berada di Rp14.445 per USD.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, The Fed mulai mengkhawatirkan perang dagang yang bisa mengurangi potensi ekspansi ekonomi AS saat ini dan akan menggunakan instrumen counter cycle termasuk suku bunga yang lebih rendah.
"Beberapa pejabat The Fed melihat kondisi koreksi pasar saat ini sebagai pertanda melemahnya kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi," ujar Lana dikutip Antara, Rabu (15/5).
Saat ini, The Fed masih akan mempertahankan suku bunganya pada kisaran antara 2,25-2,5 persen terutama dengan memperhatikan kondisi ketenagakerjaan dan inflasi.
Pada April 2019 pertumbuhan harga impor di AS tumbuh 0,2 persen (bulan ke bulan/mom), melambat dibandingkan Maret 2019 yang tumbuh 0,6 persen (mom), dan di bawah ekspektasi konsensus 0,7 persen (mom). Kenaikan ini terutama karena naiknya harga energi dan makanan.
"Pertumbuhan ini belum memfaktorkan tensi perang dagang yang semakin menguat di awal Mei ini," kata Lana.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaTak Dapat Uang Baru dan Masyarakat Setrika Uang Lama, Bank Indonesia Beri Respons Begini
Mencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.
Baca SelengkapnyaHarga Emas Menguat akibat Keputusan Suku Bunga The Fed: Dampak Investor
Investor terus mencermati pernyataan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang disampaikan pada Rabu (20/3).
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnya