Rupiah Ditutup Menguat ke Rp14.498 per USD Usai BI Tahan Suku Bunga Acuan
Merdeka.com - Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup menguat pasca Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya.
Rupiah ditutup menguat 50 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.498 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.548 per USD.
Analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, hari ini memang tekanan terhadap Rupiah kembali menurun dan Rupiah menguat kembali di bawah Rp14.500 per USD.
"Hal ini didukung oleh tren USD yang mulai melemah terhadap beberapa mata uang lainnya serta imbal hasil US treasury 10-year yang menurun," ujar Rully dikutip dari Antara.
Rully menambahkan, data neraca perdagangan yang kembali surplus pada Maret juga berdampak positif kepada pergerakan Rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI mengalami surplus USD 1,57 miliar pada Maret 2021 dengan total nilai ekspor USD 18,35 miliar dan impor USD 16,79 miliar.
"Selain itu pasar merespons positif kebijakan BI yang hari ini menahan suku bunga pada 3,5 persen," kata Rully.
BI Tahan Suku Bunga
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 April 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.
Bank sentral menyatakan, keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, meskipun perkiraan inflasi tetap rendah.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.515 per USD. Sepanjang hari, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.483 per USD hingga Rp14.520 per USD.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menguat menjadi Rp14.508 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.568 per USD.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tak Dapat Uang Baru dan Masyarakat Setrika Uang Lama, Bank Indonesia Beri Respons Begini
Mencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?
Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Siapkan Uang Tunai Rp197 Triliun untuk Kebutuhan Ramadan dan Lebaran 2024
Rencananya pada lebaran tahun ini pengedaran uang akan dilakukan di 4.675 titik penukaran.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnya