Rupiah ambruk, importir Jatim kalang kabut
Merdeka.com - Menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap nilai tukar Rupiah sejak beberapa hari terakhir, membuat eksportir tersenyum karena bisa meraup untung besar dari melemahnya Rupiah.
Sebaliknya, bagi importir dalam negeri, khususnya di Jawa Timur, mereka justru mengernyitkan dahi. Melemahnya nilai Rupiah hingga Kamis pagi (22/8) ini, yang tergerus 55 poin menjadi Rp 11.000 per USD, membuat pengusaha impor kesulitan mencari celah keuntungan perdagangan.
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur, Bambang Sukadi, estimasi kerugiannya ditaksir bisa mencapai triliunan Rupiah dalam setiap nilai perdagangan atau produk yang dihasilkan.
Dibanding tahun lalu, kata dia, semua biaya dan komponen penunjang perdagangan naik 15 persen. Idealnya, kata dia, Rupiah maksimal berada di level Rp 9.500 per USD.
"Praktis, dengan terperosoknya Rupiah hingga sebesar Rp 1.500 per dolar AS itu membuat harga barang dan jenis produk melambung tinggi di pasaran. Selain rugi, kami juga kesulitan memasarkan. Pastinya, harga akan naik juga," keluh Bambang.
Melambungnya harga di atas normal tersebut diakui tidak hanya berlaku untuk satu item barang yang dikirim ataupun yang didatangkan, melainkan semua produk dan komoditas barang. Semisal bahan kertas pulp, bahan baku makanan ternak, buah, barang elektronik dan industri garmen termasuk juga baja dan tekstil.
"Semua mengalami kenaikan harga hingga 15 persen akibat Rupiah melemah. Karena, hitungan transaksi perdagangannya selalu menggunakan dolar AS," keluhnya lagi.
Sayangnya, Bambang belum merinci secara matematis dari nilai kerugian masing-masing jenis produk yang mengalami kenaikan harga itu. Dia hanya menyebut, nilai kerugian akan terus bertambah jika ketidakpastian harga dan nilai tukar rupiah tak juga membaik.
"Total biaya pokok untuk satu item kegiatan impor di pelabuhan, dalam sehari bisa mencapai Rp 100 juta. Itu belum termasuk item seperti cost insurance freight atau biaya lainnya. Kisarannya bisa mencapai Rp 130 juta dari kapal ke gudang," katanya.
Perkiraan dalam sebulan, total biaya pokok untuk satu item kegiatan impor di pelabuhan, belum termasuk cost insurance freight (CIF) bisa mencapai Rp 3,9 miliar. Apabila, bilangan normal tersebut dinaikkan dengan 15 persen akibat lemahnya Rupiah, terpaksa para importir harus rela merogoh kocek tambahan sebesar Rp 585 juta. Dengan kata lain, dalam sebulan biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp 4,485 miliar.
"Itu masih satu jenis. Padahal, semua produk mengalami kenaikan karena kondisi Rupiah yang melemah. Belum lagi, seluruh pembayaran, kami lakukan dengan dolar," ujarnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran
Kenaikan harga beras sekarang telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ketahui Daftar Barang Impor yang Diizinkan Masuk Bea Cukai
Pemerintah ingin memastikan agar masyarakat tidak melakukan hal ini setibanya pulang dari luar negeri dengan barang impor.
Baca SelengkapnyaTernyata, Indonesia Banyak Impor Mesin Sepanjang Januari 2024
Untuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaTransaksi Dana Kampanye Janggal PPATK Bukti Dana Partai Politik Tidak Transparan
Ternyata, dana ini tidak mengalami pergerakan yang signifikan, namun terjadi perputaran dana hingga mencapai triliunan rupiah
Baca SelengkapnyaImpor Indonesia di Desember 2023 Turun, Nilainya Hanya USD 19,11 Miliar
Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaHarga Pangan di Jakarta Naik, Ternyata Ini Penyebabnya
Ada beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaDapat Izin dari Pemerintah, Bulog Bebas Impor Beras Sepanjang 2024
Bulog janji penugasan impor beras akan dikelola dengan baik untuk menjaga stabilitas harga beras di pasaran di pasaran.
Baca Selengkapnya