Produksi Rokok Turun 10,2 Persen Hingga November 2020
Merdeka.com - Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan mencatat ada tren penurunan produksi rokok selama 2020. Hingga November 2020, tercatat produksi rokok turun 10,2 persen dibanding periode sama tahun 2019.
"Sampai dengan November 2020 terjadi penurunan produksi sebesar 10,2 persen. Jadi trennya menurun. Dari tadinya sekitar 317,67 miliar batang, menjadi 285,38 miliar batang," terang Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Ditjen Bea Cukai, Nirwala Dwi Heryanto dalam webinar, Rabu (23/12).
Berdasarkan jenis rokok, sigaret kretek mesin (SKM) turun 16 persen menjadi 203 miliar batang dari 242,9 miliar batang pada 2019. Kemudian untuk sigaret putih mesin (SPM) turun 27,4 persen menjadi 10,1 miliar batang dibandingkan 12,9 miliar batang pada 2019.
Sementara, untuk jenis sigaret kretek tangan (SKT), justru mencatatkan kenaikan sebesar 17 persen. Menjadi 71,3 miliar batang dibandingkan produksi tahun 2019 sebanyak 60,9 miliar batang.
"Kalau kita lihat berdasarkan jenis rokoknya, ternyata kebijakan tahun 2020 ini menunjukkan keberpihakan kita pada jenis rokok yang label intensive dan local contentnya tinggi," kata Nirwala.
Nirwala menyebutkan, kebijakan cukai hasil tahun 2020 dan kondisi pasar yang belum stabil akibat pandemi covid-19, memberikan ruang bagi industri kecil menengah untuk berkembang melalui pengenaan beban fiskal yang relatif lebih rendah.
Produksi Berdasarkan Golongan
Apapun berdasarkan golongannya, Nirwala memaparkan golongan kecil yang mencatatkan peningkatan paling banyak. "Dari golongannya, yang meningkat justru golongan kecil," kata dia.
Rinciannya, untuk golongan 1 minus 20,3 persen menjadi 195,5 miliar batang dari 245,2 miliar batang pada 2019.
Sedangkan untuk golongan 2 naik 13 persen, menjadi 61,9 miliar batang dibandingkan tahun sebelumnya 54,5 miliar batang. Yang paling banyak, golongan 3 yakni naik 55,7 persen, menjadi 27,9 miliar batang dari 17,9 batang pada 2019.
Reporter: Pipit Ika Ramdhani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Bea Cukai 2023 Tak Capai Target Gara-Gara Cukai Rokok Naik 10 Persen
"Ini menyebabkan produksi rokok mengalami penurunan terutama golongan 1 yaitu produsen terbesarnya," ucap Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaDari Rugi Rp89 Miliar, Produsen Semen Merah Putih Raup Untung Rp159 Miliar di 2023
Perusahaan sempat mengalami kerusakan mesin yang mengakibatkan penurunan produksi klinker hampir 10 persen, sehingga menyebabkan kerugian.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Data Sri Mulyani: Indonesia Peringkat Ketiga Negara G20 Produksi Emisi Karbon Terendah
Sri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaUsai 2 Tahun Alih Kelola Blok Rokan, PHR Capai Produksi Tertinggi 172.710 BOPD
Produksi PHR di Blok Rokan mencapai 172.710 BOPD, menjadi angka tertinggi sejak alih kelola dan menjadi angka produksi migas tertinggi di Indonesia saat ini.
Baca SelengkapnyaKemenkeu Tarik Pajak Rokok Elektrik Mulai 1 Januari 2024, Ini Aturan Resminya
Tujuan diterbitkannya PMK tersebut yaitu sebagai upaya mengendalikan konsumsi rokok oleh masyarakat.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaGudang Penyimpanan Pil Koplo di Semarang Digerebek, 110 Juta Tablet Senilai Triliunan Disita
Keberadaan gudang ini diketahui setelah sebelumnya dilakukan penggerebeken terkait produksi pil koplo di Bekasi.
Baca SelengkapnyaRamai Aksi Boikot Produk Israel, Pengusaha Minuman Beri Tanggapan Begini
ASRIM mencatat, tingkat penjualan secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 3,1 persen dari 2022 hingga 2023 secara year on year.
Baca Selengkapnya