Produk Indonesia belum mampu saingi Malaysia dan Thailand
Merdeka.com - Indonesia dinilai belum optimal dalam menggali potensi pasar ekspor Asia Tenggara atau ASEAN. Ekspor non-migas Indonesia ke pasar ASEAN pada periode Januari-Agustus 2013 baru mencapai 23 persen dari nilai total ekspor atau sebesar USD 22,7 juta.
"Hal ini karena tujuan ekspor Indonesia masih terfokus pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat, China dan Jepang," ujar Dirjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK), Widodo dalam membuka seminar nasional standarisasi di Aryaduta Hotel, Jakarta, Jumat (13/12).
Selain tujuan ekspor masih pasar tradisional, Widodo mengaku tingkat utilisasi preferensi tarif ASEAN yang digunakan Indonesia untuk penetrasi ke pasar ASEAN, baru mencapai 34,4 persen. Padahal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi baru dengan dukungan pertumbuhan ekonomi India, China, dan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Berangkat dari kondisi itu, enting bagi pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing menghadapi pasar Bersama ASEAN 2015 atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Untuk bisa maksimal menggarap pasar ASEAN, pemerintah perlu memperhatikan standar produk dan jasa.
Dalam hal daya saing, Indonesia menurut global competitiveness index, berada di posisi ke 38 dari 148 negara di dunia. Jauh di bawah negara lain dalam satu kawasan semisal Malaysia dan Singapura yang menempati posisi ke 24 dan ke 2, Thailand dan Vietnam posisi ke 37 dan 70 dan Filipina posisi ke 59.
"Ini menandakan daya saing produk Indonesia masing kalah dibandingkan Malaysia, Thailand dan Singapura," jelasnya.
meski begitu dia yakin Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing. Oleh karena itu perlu dibangun bisnis yang kokoh, diperkuat kreativitas pelaku usaha untuk menciptakan produk dan jasa yang sanggup bersaing dengan produk negara lain.
Indonesia harus fokus pada 12 sektor prioritas yang dikembangkan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Mulai dari elektronik, produk kesehatan, produk pertanian unggulan, produk berbasis karet, produk kayu, otomotif, tekstil, produk kelautan, perjalanan wisata hingga logistik.
"Singapura, Jepang potensi masih besar mudah-mudahan dengan pembinaan dengan daya saing tinggi, meningkatkan pencapaian. Kalau pencapaian besar maka penyerapan tenaga kerja terjadi," jelasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaSri berharap produknya akan semakin besar dan dapat dijual di mana-mana.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejak lahir hingga usia enam bulan, ASI eksklusif dianggap sebagai makanan terbaik untuk bayi. Namun, banyak ibu yang merasa cemas tentang kecukupan ASI.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaMasyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaImpor beras ini ditujukan untuk mengamankan cadangan beras dalam negeri.
Baca SelengkapnyaSido Muncul memperluas penjualan produk produk Tolak Angin ke luar negeri, salah satu tujuan ekspor selanjutnya adalah Uni Emirat Arab.
Baca SelengkapnyaAsosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menyebut stok daging sapi terancam langka saat bulan Ramadan.
Baca Selengkapnya