Potensi Tenggelamnya Jakarta Bukan karena Perubahan Iklim, Begini Penjelasan BRIN
Merdeka.com - Pakar Iklim dan Meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian menyampaikan bahwa faktor utama risiko tenggelamnya sebagian wilayah Jakarta bukan disebabkan oleh pemanasan global.
Namun, hal ini lebih disebabkan oleh penurunan permukaan tanah (land subsidence) akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran.
"Jadi, ini mohon diluruskan ini bukan karena perubahan iklim, tapi lebih banyak karena land subsidence yang terjadi," ujarnya dalam sebuah webinar, dikutip Selasa (22/1).
Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), kenaikan muka air laut secara global yang diakibatkan pemanasan bumi mencapai 3,6 milimeter saja. Data yang sama juga dikonfirmasi oleh data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Laporan dari BPPT tahun 2010, angka kenaikan air laut di Jakarta itu 3,7 milimeter per tahun. Nah angka ini yang jadi patokan, tadikan di IPCC 3,6 milimeter. Angka itu hampir-hampir mirip," ujarnya.
Sementara itu, penurunan muka tanah di Jakarta mencapai lebih dari 100 sentimeter. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan oleh pemanasan global.
"Ternyata ada 112 sentimeter di Jakarta Utara itu. Itu lebih disebabkan karena penurunan muka air," papar dia.
Edvin menilai, penurunan muka tanah di Jakarta karena eksploitasi yang berlebih terhadap air bawah tanah. "Ya, biasanya karena terlalu banyak air dipompa ke atas keluar untuk minuman," ungkapnya.
Sebelumnya, Pemerintah akan melarang masyarakat DKI Jakarta untuk mengambil air tanah pada tahun 2030 mendatang. Hal ini bertujuan mencegah penurunan permukaan tanah agar ibu kota Jakarta tidak tenggelam.
"Pada tahun 2030, pemerintah bisa menyampaikan kepada rakyat untuk stop pakai air tanah," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, ditulis Selasa (21/2).
Menteri Basuki menilai, pembangunan akses perpipaan air minum harus segera ditingkatkan di DKI Jakarta. Sebab, laju penurunan permukaan tanah di ibu kota kian mengkhawatirkan sebagai dampak dari ekstraksi air tanah.
"Hanya dengan upaya itu penurunan air tanah di DKI Jakarta bisa dihentikan," ucapnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BMKG Bicara Potensi Puting Beliung Ekstrem Muncul di Jakarta, Apa Cirinya?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaFOTO: Ngeri! Ini Penampakan Luapan Kali Mampang sampai Banjiri Kawasan Kemang Setinggi Pinggang Orang Dewasa
Ketinggian air banjir yang melanda kawasan tersebut mulai dari 20 sampai 90 centimeter.
Baca Selengkapnya9 Negara yang Memiliki Air Terjun Tertinggi di Dunia
Air terjun merupakan bentuk keajaiban dan keindahan alam yang patut untuk dilihat. Yuk, simak daftar air terjun tertinggi di dunia!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun
Selain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Baca SelengkapnyaKerugian Akibat Banjir Rob Jakarta Mencapai Rp2,1 Triliun per Tahun
Kenaikan permukaan air laut sebesar berkisar 1 sampai 15 cm per tahun di beberapa lokasi
Baca Selengkapnya193,6 Juta Orang Bakal Bepergian saat Mudik Lebaran, Terbanyak Bukan dari Jakarta
Angka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.
Baca SelengkapnyaSempat Diisukan Renggang, Begini Momen Akrab Jokowi & Menteri Basuki Saat Resmikan Proyek Infrastrukur di Makassar
Saat peresmian, Jokowi menekankan pentingnya sistem pengelolaan air limbah cair.
Baca SelengkapnyaMenteri LHK Beberkan Kemajuan Indonesia Atasi Perubahan Iklim
Indonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaJokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen
Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.
Baca Selengkapnya