Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Populasi Sapi Capai 18 Juta Ekor, Indonesia Tak Butuh Impor

Populasi Sapi Capai 18 Juta Ekor, Indonesia Tak Butuh Impor sapi. shutterstock

Merdeka.com - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra menyebut, populasi sapi di Tanah Air jumlahnya cukup besar. Bahkan berdasarkan catatannya ada sekitar 18 juta sapi tersebar di Indonesia.

"Kalau lihat angkanya Pak Dirjen PKH, 18 juta lebih populasi kita seluruh Indonesia," kata dia dalam diskusi Mahalnya Harga Daging Sapi dan Kerbau, Apa Solusinya?, Senin (29/3).

Meski demikian, dari 18 juta populasi sapi tersebut tidak semuanya bisa dipotong. Karena sebagian ada yang merupakan sapi betina, sehingga tidak bisa dipotong.

"Kalau 18 juta mungkin 9 jutanya masih belum bisa, mungkin 9 juta. Kalau itu betina, mungkin separuhnya kita bisa potong, ya 4,5 juta ekor. Nah perhitungan saya, bahkan 4 juta saja, sapi yang saya lihat di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu setara dengan 700.000 ton kalau bisa siap potong," terang dia.

Dia menambahkan, jika 700.000 ton daging sapi itu bisa diperoleh seluruhnya dari sapi lokal, maka Indonesia tak perlu lagi impor. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan daging nasional ialah sekitar 690.956 ton atau jika digenapkan sebanyak 700.000 ton.

"Kalau 700.000 ton, ya saya mohon nih ke Pak Joni, feedloter-nya diisi dengan sapi lokal sajalah, tidak usah sapi impor, ini bagus-bagus, sapi limosin, sapi brahman, itu bagus-bagus sapinya," tutur Syailendra.

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pujo Setio mengungkapkan, peternak Tanah Air sebagian besar beternak dengan cara tradisional/konvensional. Sehingga, banyak sapi yang sudah siap potong namun tetap disimpan oleh peternak, dan baru akan dipotong ketika dibutuhkan. Misalnya untuk mendanai anak masuk sekolah, pada saat Idul Adha, dan sebagainya.

"Kita punya data di atas kertas, tapi kita tidak bisa mengatakan bahwa itu semua sapi siap potong. Karena kita tahu persis bahwa basis peternakan rakyat ini tradisional. Jadi dia lebih banyak menyimpan sapi-sapinya pada saatnya dia dijual untuk sesuai kebutuhan," jelas Pujo.

Solusi Jangka Panjang

Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Pujo diperlukan solusi jangka panjang, yakni dengan mengajak para peternak rakyat bergabung dengan kemitraan. "Pertama memang harus menuju masyarakat ke arah komersialisasi. Jadi yang selama ini konvensional/tradisional, kita arahkan komersialisasi. Tapi tetap mempertahankan budayanya. Inilah yang kita sebut pola kemitraan atau korporasi di peternak," imbuh dia.

Dengan demikian, maka populasi ekor sapi yang siap potong bisa tercatat, dan bisa diperhitungkan ke dalam stok daging sapi nasional.

"Sehingga ada stok siap potong yang kita ketahui setiap tahunnya dari data-data populasi ternak tersebut, sehingga kita bisa konversi ke pasokan daging untuk satu tahun. Ini solusi jangka panjang dengan adanya peralihan paradigma peliharaan ternak di masyarakat dari tradisional/konvensional ke komersial," tutup Pujo.

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Indonesia Bakal Impor 2.350 Ekor Sapi Asal Australia

Indonesia Bakal Impor 2.350 Ekor Sapi Asal Australia

Daging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.

Baca Selengkapnya
Indonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton

Indonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton

Upaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Area Panen Kopi Indonesia Terbesar Kedua Dunia tapi Produktivitas Rendah, Begini Solusinya

Area Panen Kopi Indonesia Terbesar Kedua Dunia tapi Produktivitas Rendah, Begini Solusinya

Areal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tak Banyak yang Tahu, Cara Simpel Ini Ampuh Cegah Koper Hilang Saat Bepergian

Tak Banyak yang Tahu, Cara Simpel Ini Ampuh Cegah Koper Hilang Saat Bepergian

Potensi kehilangan koper atau bahkan isi koper sangat mungkin terjadi dalam perjalanan apapun.

Baca Selengkapnya
Indonesia Kalah dari Filipina dalam Pemanfataan Energi Panas Bumi, Cek Faktanya

Indonesia Kalah dari Filipina dalam Pemanfataan Energi Panas Bumi, Cek Faktanya

Filipina mampu mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi dengan baik untuk kelistrikan di negaranya.

Baca Selengkapnya
Investasi Properti Susah Dijual, Masyarakat Indonesia Masih Pilih Simpan Emas

Investasi Properti Susah Dijual, Masyarakat Indonesia Masih Pilih Simpan Emas

Banyak masyarakat Indonesia yang memilih berinvestasi pada emas di tengah gempuran beragam pilihan investasi lain.

Baca Selengkapnya
Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'

Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'

Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.

Baca Selengkapnya
Beras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya

Beras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya

Singapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.

Baca Selengkapnya
Prabowo Subianto: Tiga Tahun Lagi Kita akan Jadi Lumbung Pangan Dunia

Prabowo Subianto: Tiga Tahun Lagi Kita akan Jadi Lumbung Pangan Dunia

Prabowo menyatakan bahwa dengan upaya yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi alamnya untuk meningkatkan produksi pangan secara signifikan.

Baca Selengkapnya