Merdeka.com - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat, pertumbuhan penjualan listrik hingga Agustus 2017 hanya sebesar 2,8 persen. Angka tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kenaikan beberapa tahun sebelumnya.

"Penjualan listrik sampai Agustus pertumbuhannya 2,8 persen. Memang ini menurun dibanding 2016 dan tahun-tahun sebelumnya," ujar Direktur PLN Ahmad Rofik di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (19/9).

Rofik mengatakan, angka tersebut diperoleh usai pihaknya melakukan survei terhadap tiga golongan konsumen listrik di antaranya rumah tangga, bisnis dan industri. Pada ketiga golongan tersebut, ditemukan ada indikasi penurunan konsumsi listrik.

"Jadi kalau dilihat kenapa ada penurunan, konsumen pada prinsipnya dibagi menjadi tiga golongan yaitu rumah tangga, bisnis, dan pelanggan industri," jelasnya.

Rofik mengatakan konsumen rumah tangga cenderung mengurangi pemakaian listrik karena telah menerapkan penggunaan lampu hemat energi seperti LED. Selain itu, sudah ada kecenderungan beberapa masyarakat yang memasang photovoltaic.

"Kalau rumah tangga yang disebabkan memang rumah tangga itu sensitif terhadap harga. Kebanyakan rumah tangga menggunakan lampu hemat energi seperti LED," jelasnya.

"Untuk pelanggan di atas 1.300 VA itu sudah ada kecenderungan beberapa memasang photovoltaic, jadi itu berpotensi setelah kami data mengurangi beban minimal per bulan sebesar 59.371 kWh untuk beban rumah tangga," tambahnya.

Kemudian untuk pelanggan bisnis, sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan suhu rata rata di kota besar, sehingga pemakaian pendingin udara menurun. Selain itu, perubahan perilaku konsumen yang mulai bergeser dari pengunjung pusat perbelanjaan ke sistem e-commerce juga menjadi pemicu hal tersebut.

"Ternyata memang ada dampaknya juga penurunan suhu rata-rata di kota besar, sehingga mengakibatkan pemakaian penghidup udara itu menurun. Sehingga mengakibatkan penurunan terhadap pemakaian AC. Kemudian juga ada perilaku konsumen yang mulai bergeser ke e-commerce," jelas Rofik.

Sementara itu, pelanggan industri pertumbuhan konsumsi listriknya sebesar 2,2 persen, masih 63 persen dari target yang ditetapkan. Kemudian ada pertumbuhan impor barang jadi sampai Mei 2017 sebesar 15,6 persen yang memberi tekanan produk dalam negeri.

"Itu karena disebabkan adanya migrasi dari pelanggan daya, jadi ada penurunan dari sisi produksi. Kemudian ada pertumbuhan impor barang jadi sampai Mei 2017 15,6 persen jadi mengalami tekanan produk dalam negeri, sehingga menyebabkan turunnya penggunaan listrik," pungkasnya.