Perang di Ukraina Masih Berlangsung Bikin Rupiah Melemah ke Rp14.369 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Senin (28/3). Rupiah dibuka di Rp14.360 per USD, melemah dibanding penutupan di perdagangan sebelumnya di Rp14.345 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah sempat menguat tipis usai pembukaan ke Rp14.353 per USD. Namun, kembali melemah hingga menyentuh Rp14.369 per USD. Saat ini, Rupiah menguat tipis ke Rp 14.364 per USD.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah tertekan perang yang masih berlangsung di Ukraina. "Belum ada perkembangan menuju kesepakatan damai (antara Ukraina dan Rusia)," ujar Ariston di Jakarta, dikutip Antara, Senin (28/3).
Menurut dia, perang telah memicu risiko inflasi dengan naiknya harga-harga komoditi di mana inflasi bisa menekan pertumbuhan ekonomi global. Di sisi lain, pasar juga masih mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang agresif tahun ini.
Tingkat imbal (yield) hasil obligasi pemerintah AS telah menguat selama tiga minggu terakhir, di mana yield surat utang Negeri Paman Sam tenor 10 tahun sempat menyentuh kisaran 2,5 persen pada perdagangan akhir pekan kemarin.
"Level yang belum pernah disentuh sejak 6 Mei 2019," ucap dia.
Maka dari itu, kenaikan tingkat imbal hasil tersebut mengindikasikan pasar berekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS akan lebih agresif tahun ini. Pekan ini, data tenaga kerja AS yang akan dirilis bisa mendukung kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif pada tahun ini, dengan pertimbangan tingkat inflasi yang tinggi dan data tenaga kerja yang positif.
Untuk hari ini, mata uang Garuda diperkirakan melemah ke rentang Rp14.360 hingga Rp14.380 per USD, dengan potensi penguatan ke arah Rp14.330 per USD.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?
Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
10 Mata Uang Terlemah di Dunia, Ada Rupiah Indonesia?
Pasca serangan balasan Iran ke Israel beberapa waktu, nilai tukar dolar terus menguat dan sebaliknya sejumlah negara mengalami pelemahan mata uangnya.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia Tembus Rp8.041 Triliun per November 2023, Kemenkeu: Masih Aman
Utang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaTernyata, Peredaran Uang Selama Pemilu 2024 Mencapai Rp67,1 Triliun
Realisasi peredaran uang selama masa Pemilu 2024 hanya mencapai Rp67,14 triliun, atau lebih rendah dari perkiraan BI sebesar Rp68 triliun.
Baca Selengkapnya