Penurunan Suku Bunga Acuan Bakal Tingkatkan Penjualan Rumah
Merdeka.com - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto mengapresiasi keputusan Bank Indonesia (BI) dengan menurunkan suku bunga acuan BI 7 days (reserve) repo rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18-16 November lalu.
Menurutnya, penurunan suku bunga acuan ini diperlukan untuk meningkatkan kembali penjualan rumah di kuartal IV 2020, sehingga akan mempercepat proses pemulihan sektor properti akibat dampak pandemi Covid-19.
"Penurunan suku bunga memang diperlukan, salah satunya sebagai respons kebijakan moneter atas situasi masih lemahnya permintaan properti. Jadi, ini salah satu upaya ke arah untuk peningkatan penjualan rumah (kuartal IV-2020)," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (21/11).
Dikatakan Eko, faktor pemulihan sektor properti saat ini akan sangat ditentukan dari peningkatan sisi demand. Sehingga turunnya suku bunga acuan dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan daya beli konsumen yang masih terpukul akibat pandemi Covid-19.
"Karena hingga bulan lalu (Oktober) konsumen relatif masih menahan belanja barang tahan lama, salah satunya beli perabot rumah tangga, furniture, dan lainnya. Apalagi, pertumbuhan harga properti komersial juga masih melambat, tanda masih adanya kendala sisi konsumsi," katanya.
Penurunan Suku Bunga BI
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo sebenarnya telah memproyeksikan penurunan ini sejak 27 Oktober 2020. Pada saat itu, dia tetap membuka kemungkinan BI7DRRR akan terpangkas pada November, meski di bulan-bulan sebelumnya tertahan di level 4 persen.
"Karena memang ada ketidakpastian baik di pasar keuangan domestik maupun global. Meski kami mencatat dengan inflasi yang sangat rendah dan pertumbuhan ekonomi yang memang perlu didorong, kami lihat ada ruang penurunan suku bunga acuan," kata Perry, seperti dikutip Kamis (19/11).
Perry pun menyatakan komitmen bahwa Bank Indonesia akan terus membantu perkembangan aktivitas ekonomi yang mulai membaik pada triwulan III 2020. Hal itu disebutnya jadi bagian dari RDG bulanan yang digelar bank sentral.
"InsyaAllah kami akan review kembali di November. Baik dari nilai tukar rupiah, inflasi, pertumbuhan ekonomi, ketahanan eksternal, semua akan kami lihat dan diskusikan pada Rapat Dewan Gubernur," ungkapnya.
Perry menceritakan, upaya BI yang terus melanjutkan kebijakan moneter dan makro prudensial sejak wabah pandemi Covid-19 menyerang Indonesia pada Maret 2020.
"Suku bunga kebijakan telah kami turunkan 25 basis poin (bps) menjadi 4 persen. Demikian pada tahun 2020, bank Indonesia telah turunkan suku bunga acuan 100 bps, dan sejak Juli 2019 telah 200 bps," tutur Perry.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaDi akhir 2023, penambahan inventori baru pada proyek perumahan naik hingga dua kali lipat, sementara permintaan akan rumah baru juga naik hingga 27 persen.
Baca SelengkapnyaKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat hingga 2022 ada sekitar 12,71 juta backlog rumah.
Baca SelengkapnyaPedagang bunga mengklaim bahwa tidak menaikkan harga bunga karena khawatir dagangannya tidak laku.
Baca SelengkapnyaSejumlah perusahaan yang turut membangun hunian, antara lain Konsorsium Nusantara dan Pakuwon yang membangun apartemen dan rumah tapak.
Baca SelengkapnyaBTN berharap pemerintah dengan cepat mengambil keputusan terkait hal tersebut.
Baca Selengkapnya