Penjelasan Kemenkeu Soal Imbal Hasil Sukuk Ritel SR013 Lebih Rendah
Merdeka.com - Kementerian Keuangan menawarkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel yakni Sukuk Ritel seri SR013. Lewat instrumen ini, para investor dalam negeri akan mendapatkan tingkat kupon atau bunga sebesar 6,05 persen per tahun.
Dari segi kupon, sebenarnya besaran kupon SR013 justru lebih kecil bila dibandingkan dengan pendahulunya, yakni SR012 yang sebesar 6,3 persen.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kemenkeu, Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, penetapan kupon tersebut sangat tergantung dengan kondisi market. Apalagi saat ini tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-day reverse repo rate (7DRR) juga mengalami penyesuaian sebesar 4 persen.
"Katakan lah pertama itu pada saat BI Rate saja masih 11 persen jadi kita kasih waktu itu SR01 itu 12 persen dan terus naik turun naik turun tergantung dari kondisi market sekarang kita lihat BI Rate hanya 4 persen kalau pada saat ori kemarin 4,5 persen jadi beda sekali," kata dia di Jakarta, Jumat (28/8).
Atas kondisi itu, pemerintah perlu mengikuti perkembangan dari kondisi market dalam menetapkan tingkat kupon. Di samping pemerintah juga tetap mengusahakan agar semuanya di atas rata-rata deposito dari Bank-Bank BUMN untuk menetapkan imbal hasil tersebut.
"Intinya dengan imbalan 6,05 persen per tahun tadi itu kan akan dibayarkan per bulannya jadi per bulannya dibagi 12 kemudian pajaknya itu hanya 15 persen dari imbalan. Jadi bukan dari pokok sukunya dari imbalannya," tandas dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cara membeli Sukuk Ritel SR020 di BRImo. Cek dulu, yuk!
Baca SelengkapnyaSaat ini, suku bunga diproyeksi sudah berada di puncak. Ini merupakan momen yang tepat untuk mengunci imbal hasil tinggi dan stabil.
Baca SelengkapnyaJumlah kecelakaan tahun ini turun 6 persen dibandingkan 2022.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaPenyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaSusiwijono mengatakan, masalah utama beras langka dan mahal di ritel modern disebabkan adanya pergeseran masa tanam dan masa panen.
Baca SelengkapnyaPer 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras bisa ‘menular' atau merambat ke berbagai komoditi bahan pokok penting lainnya.
Baca Selengkapnya