Pengalaman Krisis 1998 & 2008 Buat Perbankan Lebih Sigap Hadapi Covid-19
Merdeka.com - Krisis yang tengah melanda dunia akibat wabah corona virus disease 2019 atau Covid-19 memberi pembelajaran tersendiri ke industri perbankan Tanah Air. Indonesia sendiri setidaknya telah mengalami 2 kali krisis sebelum ini.
Hal tersebut disampaikan Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Sunarso dalam webinar 'Menjaga Industri Perbankan di Tengah Pandemi Covid-19 Melalui Kebijakan Relaksasi Kredit & Subsidi Bunga', Jumat (15/5).
"Krisis sekarang ini adalah krisis yang terjadi di seluruh dunia secara global, baik dari korporat sampai ke UMKM. Kalau dua krisis sebelumnya, terus terang saja mungkin segmen-segmen yang dekat dengan risiko global itu gampang terekspose," katanya.
Sementara untuk segmen usaha mikro, kecil dan menengah, saat itu potensi terdampak relatif jauh, butuh transmisi lama untuk sampai berdampak pada segmen UMKM.
Namun demikian, krisis yang pernah menyerang Indonesia, membuat risk management perbankan, OJK, Bank Sentral, dan pihak terkait lainnya menjadi lebih baik, lebih siap dan sigap.
"Hal tersebut dapat dilihat dari Capital Adequancy Ratio (CAR) perbankan yang masih 23 persen, dengan Non Performing Loan (NPL) masih di kisaran 2,77 persen," urainya.
Kondisi saat Krisis 1998
Sebagai informasi, pada krisis 1998, kurs Rupiah melemah 540 persen di kisaran Rp2.500 hingga nilai tukar menyentuh Rp16.000 per USD. Sementara untuk CAR perbankan saat itu berada pada (minus) -15 persen, dengan NPL 48,6 persen.
Kemudian krisis 2008, kurs Rupiah juga mengalami pelemahan namun tak sejauh pada krisis 1998, yakni melemah 13 persen di kisaran Rp9.060 sampai dengan Rp10.208 per USD. CAR perbankan relatif aman di kisaran 16,8 persen, dengan NPL 3,2 persen.
Kurs Rupiah pada krisis kali ini juga lebih baik dibandingkan krisis-krisis sebelumnya, dengan pelemahan 12 persen di kisaran Rp13.000 sampai dengan Rp16.000 per USD.
Reporter: Pipit
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Begini Pentingnya Keterbukaan Informasi di Era Digitalistasi, Khususnya Bisnis Perbankan
Dalam menghadapi era digitalisasi, perbankan dituntut untuk adaptif dalam memanfaatkan saluran penyampaian informasi kepada khalayak.
Baca SelengkapnyaInovasi Produk dan Layanan Jadi Kunci Bank DKI dalam Penerapan Keuangan Berkelanjutan
Selain melalui berbagai laporan keterbukaan publik, Bank DKI turut mengintegrasikan prinsip ESG pada setiap program CSR perusahaan
Baca SelengkapnyaBanyak Pelaku Usaha Belum Sadar Pentingnya Akuntansi Pengelolaan Bisnis, ini Solusinya
Pentingnya menerapkan ilmu akuntansi dalam pengelolaan bisnis, seperti masalah pembukuan keuangan, pencatatan stok barang misalnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Daftar Bank Pemerintah Berikut Fungsi dan Tujuannya, Simak Lebih Lanjut
Saat ini, bank pemerintah adalah bank yang paling berpengaruh dalam industri perbankan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerluas Layanan Finansial, Bank DKI Rambah Sektor Pendidikan
Sedangkan dalam upaya mendukung pariwisata di Kota Jakarta, Bank DKI berkolaborasi bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaJadi Fasilitator Pertumbuhan Ekonomi, Perbankan Fokus Terapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Perbankan menjalankan peran sebagai fasilitator pertumbuhan dan penyetaraan ekonomi masyarakat di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaBegini Strategi Komunikasi Diterapkan Perbankan di Era Digital
Aktivitas komunikasi secara internal maupun eksternal terus diperkuat Bank DKI khususnya dalam menyampaikan berbagai perkembangan, capaian kinerja.
Baca SelengkapnyaBantu Jaga Aset Kekayaan, Begini Manfaat BRI Prioritas Berdasarkan Cerita Nasabah
BRI Prioritas bukan hanya berikan layanan perbankan, tetapi juga konsultasi perencanaan keuangan yang terintegrasi.
Baca SelengkapnyaMengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank
Pada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.
Baca Selengkapnya