Penelitian: Perlambatan Ekonomi China Tak Pengaruhi Investasi RI
Merdeka.com - Pertumbuhan ekonomi China dilaporkan melambat ke level 6,4 persen pada kuartal keempat tahun lalu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini sesuai prediksi yang menyebut pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat lebih lambat ketimbang kuartal ketiga sebesar 6,5 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, China saat ini tengah melakukan penyeimbangan kembali pertumbuhan ekonomi dengan mendorong permintaan dalam negeri. Adapun penyebab perlambatan ekonomi karena tekanan perang dagang dengan AS sejak setahun terakhir.
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Riset DBS Group, perlambatan ekonomi China mungkin sangat berpengaruh pada perdagangan global, mengingat ekonomi China menyumbang 30-40 persen terhadap pertumbuhan global dalam beberapa dasawarsa terakhir.
"Terlepas dari perkembangan di luar AS, kami menganggap narasi tentang perlambatan China kemungkinan memiliki dampak paling besar pada permintaan komoditas dan sejumlah barang konsumen. Jelas bagi kami bahwa ketika China menghadapi masalah, seluruh perdagangan dunia akan terpengaruh," kata Pakar Ekonomi DBS Group Masyita Crystallin melalui keterangan resminya, Kamis (7/2).
Bagi Indonesia, perlambatan ekonomi tersebut tidak berpengaruh besar terhadap perekonomian Tanah Air. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan berada di angka 5,1 persen. Inflasi tetap stabil, dan indeks kepercayaan konsumen akan baik.
"Investasi di Indonesia diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh proyek pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," imbuhnya.
Meski demikian, perlambatan ekonomi China akan berpengaruh terhadap ekspor impor Indonesia. Nilai impor diperkirakan akan menurun adanya penurunan harga minyak. Namun, ekspor justru akan melemah lebih dalam lagi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi ekspor Indonesia. Hal tersebut kemudian akan berdampak pada ekonomi Indonesia.
"Kalau dari segi ekspor pasti ada pengaruhnya. Pertumbuhan sederhananya pilar pertama konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga. Pilar kedua investasi, pilar ketiganya ekspor dikurangi impor tentu saja," ujar Menko Darmin di Kantornya, Jakarta, Selasa (22/1).
Dalam kondisi saat ini untuk mengantisipasi perlambatan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan mendorong investasi. Selain investasi, konsumsi rumah tangga juga akan terus digenjot.
"Dampaknya tidak terlalu besar pengaruhnya, terhadap pertumbuhan tapi ada. Itu sebabnya kalau situasi seperti ini kita harus dorong di investasinya dan konsumsinya rumah tangga," katanya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaLobi-Lobi China Berkaitan Ekonomi Digital Memang Nyata, Ini Buktinya
Perusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBadak Sudah Ada Sejak 14 Juta Tahun Lalu, Fosilnya Ditemukan di China
Penemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca SelengkapnyaData BPS: Ekonomi Indonesia Salip AS dan Jepang, Tapi Keok dari China dan India
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaPameran Perdagangan Terbesar di China Sepi, Pedagang Ngeluh: Harga Barang Kami Semurah Kol di Pasar
Eksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya