Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penangkapan Putri Direktur Huawei Jadi Alasan Rupiah Anjlok

Penangkapan Putri Direktur Huawei Jadi Alasan Rupiah Anjlok Rupiah. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah kembali anjlok setelah sempat menguat dan menjauhi angka 15.000 beberapa waktu lalu. Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.525 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.520 per USD.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengungkapkan ada beberapa faktor yang mendorong pelemahan Rupiah beberapa terakhir ini, salah satunya pengaruh dari perekonomian global. Namun, pelemahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan hampir di seluruh negara emerging market atau negara berkembang.

"Penyebabnya terjadi di global faktor," kata Mirza saat dijumpai di Masjid Kompleks BI, Jakarta, Jumat (7/12).

Mirza menjelaskan, pada awalnya nilai tukar Rupiah dan beberapa mata uang negara lain sempat menguat berkat isu perang dagang atau trade war antara AS dan China yang disebutkan akan segera berakhir. Hal itu ditandai dengan menurunnya tensi atau ketegangan perang dagang setelah adanya pertemuan antara kedua pemimpin negara yaitu Donald Trump dan Xi Jinping.

"Negara-negara berkembang pada saat itu ada harapan bahwa perang dagang AS dan China itu mereda. Karena kan pada pertemua G20 tersebut tapi kemudian ternyata perang dagang AS dan China ini belum mereda," ujarnya.

Pada kenyataanya, situasi perang dagang masih memanas. Terlebih setelah Otoritas Kanada dikabarkan menangkap putri dari pendiri raksasa telekomunikasi China Huawei, atas permintaan penegak hukum Amerika Serikat (AS). Meng Wanzhou, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan dan Wakil Direktur Huawei, ditangkap di Kota Vancouver, Kanada, pada 1 Desember 2018 lalu.

"Salah satu yang diinterpretasikan oleh pasar bahwa perang dagang belum mereda adalah ditangkapnya putri direktur huawei di Kanada dan akan diestrakdisikan di As, itu juga mencerminkan bahwa perang dagang AS dan China belum mereda," ujarnya.

"Dan memang perang dagang ini kemudian dikhawatirkan oleh pasar dan akan makin memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia," dia menambahkan.

Dia menyatakan, kekhawatiran yang saat ini tengah dialami pasar adalah akan adanya aksi melemahkan atau mendepresiasi nilai tukar Yuan oleh China, yang tentu saja akan berdampak pada negara-negara berkembang. "Dikhawatirkan bisa membuat depresiasi kurs negara-negara emerging market. Itu terkait pelemahan kurs dalam tiga hari terakhir," tutupnya.

(mdk/azz)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara

Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara

Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.

Baca Selengkapnya
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun

Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun

Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya

Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya

Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.

Baca Selengkapnya
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Tegaskan Pemerintah Tak akan Naikkan Harga BBM

Presiden Jokowi Tegaskan Pemerintah Tak akan Naikkan Harga BBM

Jokowi meny ampaikan usai menggelar rapat internal di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Baca Selengkapnya