Pemerintah sebut harga gas mahal bikin industri tak kompetitif
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai saat ini harga gas industri di Indonesia masih cenderung mahal. Sehingga, membuat industri pengguna gas dalam negeri memiliki daya saing rendah di pasar internasional.
Berdasarkan data SKK Migas tahun 2015, harga gas di Jawa Timur sekitar USD 8,01-8,05 per MMBTU, Jawa Barat di kisaran USD 9,14-9,18 per MMBTU, sedangkan harga untuk wilayah Sumatera bisa mencapai USD 13,90-13,94 per MMBTU.
"Di Sumatera Utara harga gasnya USD 13,9 per MMBTU, tidak masuk akal itu," ucap Darmin di kantornya, Jakarta, Senin (15/8).
Belum lagi, kata Darmin, harga gas di Indonesia dibanding negara-negara lain tiga kali lipat lebih mahal. Seperti di Jepang, Korea Selatan dan China, patokan harga gas hanya sekitar USD 4-4,55 per MMBTU.
Sementara pada kesempatan sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menambahkan bahwa pihaknya akan melihat apakah perusahaan hulu migas dapat menurunkan biaya-biaya usaha seperti transportasi atau biaya lainnya sehingga harga bisa diturunkan.
"Ruang mana yang akan lihat lebih jauh sehingga bisa diturunkan. Apakah bisa atau tidak itu masih jadi PR kita semua, baik dari sisi saya mupun jajaran yang lain itu akan dilihat di mana kita bisa menurunkan harga itu ," jelas Arcandra.
Dia mengatakan, langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan beban biaya perusahaan migas dengan mempercepat proses perizinan.
"Ini kita coba apakah ada ruang bagi kita untuk efisienkan bisnis proses kita, baik itu di hulu, transportasi atau distribusi. Tadi juga dibahas hal-hal apa yang di industri hulu yang mungkin mengurangi cost, misalnya kontrak strategis kemudian karena lamanya perizianan, lama perizinan itu adalah cost. Ini yang bikin kita tidak kompetitif, di negara lain lapangan bisa dikembangkan sekian tahun," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Insentif Harga Gas Bumi Berpotensi Kurangi Pendapatan Negara hingga Rp15,6 Triliun
Insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri membuat penerimaan negara turut berkurang hingga Rp15,6 triliun.
Baca SelengkapnyaHarga Gas Murah Belum Terserap 100 Persen, SKK Migas Bongkar Penyebabnya
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaIndonesia Bakal Surplus Gas Hingga 2035, ESDM: Calon Pembeli dari Dalam Negeri Harus Disiapkan
Akibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen
Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaPemerintah Setuju Amendemen Kontrak Blok Corridor Medco
Selain itu, kementerian juga telah menyetujui alokasi dan harga gas untuk tiga pembeli gas.
Baca SelengkapnyaJokowi soal Harga Beras Naik: Bukan Cuma di Negara Kita, Negara Lain juga Mengalami
Jokowi mengaku sudah memerintahkan Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mencari beras dengan harga murah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Butuh Dana Hingga Rp75 Triliun Sediakan BBM Hingga Gas LPG
Indonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran
Kenaikan harga beras sekarang telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaKendaraan Umum Ternyata Lebih Hemat Pakai Bahan Bakar Gas, Harga Satu Liter Cuma Rp4.500
Selain itu, pengurangan emisi dari kendaraan bermotor, yang mana emisinya sekitar 25-35 persen lebih rendah.
Baca Selengkapnya