Merdeka.com - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko meminta kepada masyarakat Indonesia untuk mengurangi konsumsi nasi. Hal tersebut dikarenakan konsumsi nasi masyarakat yang sangat tinggi, sedangkan produksi padi setiap tahun berkurang.

Tak hanya itu, mulai Agustus tahun ini, dampak fenomena el nino kian terasa dengan adanya potensi musim kemarau panjang. "Mulai sekarang berhematlah dan mulai mengurangi nasi agar ada keseimbangan antara suplai dan demand," ujar Moeldoko dalam acara HUT Ke-50 HKTI, di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Utara, Rabu (7/6).

Menanggapi hal tersebut, Media Relations Manager Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Vera Ismainy mengatakan pihaknya terus mendorong konsumsi pangan yang seimbang untuk seluruh rakyat Indonesia. Gizi yang seimbang menurutnya merupakan salah satu cara untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

Dia menilai, seharusnya kebijakan pangan tidak hanya fokus pada produksi saja, tetapi juga harus diiringi pada status gizi. "Di sini buka soal mengurangi atau menambah, tapi gimana masyarakat tetap bisa mengonsumsi pangan seimbang," ujar Vera kepada Merdeka.com.

Vera menjelaskan, stunting merupakan permasalahan gizi, jika tidak diatasi bisa membawa kerugian secara ekonomi dalam jangka panjang, seperti kegagalan dalam menuai bonus demografi.

Menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar 24,4 persen pada tahun 2021. Jumlah ini menunjukkan perbaikan mengingat prevalensi stunting di 2020 yang sebesar 26,92 persen.

"Walaupun demikian, angka ini masih tetap tinggi, Untuk itu dibutuhkan intervensi secara holistik untuk menurunkan angka stunting," terang dia.

Pihaknya terus mendorong konusmisi gizi seimbang untuk menjaga kescukupan gizi. Lalu keberagaman pangan juga bisa jadi pendekatan untuk memastikan konsumsi pangan bergizi di masyarakat.

"Selama sumber pangan karbohidrat selain nasi masih tersedia, kami pikir hal itu bisa terus didorong supaya masyarakat tidak hanya fokus pada satu komoditas saja," tuturnya.