Merdeka.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik membantah pihaknya plin plan dalam menentukan kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah awalnya ingin menetapkan dua harga BBM subsidi jenis premium, tetapi diganti dengan kenaikan BBM subsidi.

Padahal semenjak tahun lalu, pemerintah melakukan pembatasan dan pengendalian BBM subsidi, diantaranya dengan pelarangan konsumsi BBM untuk kendaraan dinas, dan perkebunan. Tetapi, tampaknya program ini tidak efektif dan tetap bikin jebol subsidi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik membantah pemerintah maju mundur dalam menetapkan kenaikan harga BBM subsidi. Dia mengaku, pemerintah harus lebih teliti dalam menetapkan kebijakan. "Gak maju mundur, pemerintah lebih teliti saja ini," ujar dia yang ditemui di Musrenbangnas, Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (30/4).

Sementara itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat menegaskan kenaikan harga BBM akan berpengaruh kepada biaya pokok produksi. Namun, pengaruh tersebut masih dapat dikelola dengan baik oleh kalangan industri. "Kalau naik sekitar Rp 6.500, itu dampaknya kecil dari biaya produksi, masih bisa dikelola. Untuk UKM juga tidak terlalu berpengaruh," ujarnya.

Namun, lanjut Hidayat, yang paling ditakutkan adalah kenaikan harga barang sebagai imbas dampak psikologis dari kenaikan harga BBM. Tetapi, kenaikannya akan turun kembali karena akan disesuaikan oleh pasokan dan permintaan.

"Yang ditakutkan adalah harga naik sebagai imbas dampak psikologisnya kenaikan BBM. Sebenarnya kenaikannya ini akan turun kembali, akan sesuai suplai dan demand," tegas dia.