Pedagang Warteg Keluhkan Aturan Makan 20 Menit: Picu Konflik dengan Pelanggan
Merdeka.com - Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) mengeluhkan perpanjangan PPKM level 4 hingga 9 Agustus 2021 yang sangat membebani pelaku usaha warteg (warung tegal).
Meskipun pemerintah sedikit melonggarkan aturan dengan memperbolehkan pengunjung makan di warteg maksimal 20 menit, kebijakan itu bukannya memberi angin segar tapi justru dinilai makin merugikan.
"Enggak ada efeknya (boleh makan di warteg 20 menit), efeknya justru malah memperdalam konflik antara pelanggan dengan pemilik warteg," ujar Ketua Kowantara Mukroni kepada Liputan6.com.
Mukroni mengatakan, pembatasan waktu 20 menit untuk makan di warteg terasa sangat aneh, terlebih untuk orang tua yang butuh proses panjang untuk menyantap lahapannya.
"Misalkan gini, okelah kalau orang yang umurnya 50 tahun, makan masih 5 menit. Tapi kan umur-umur yang 60-70 tahun kan nanti kalau tersedak, meninggal, nanti malah jadi ramai," ungkapnya.
Mukroni menyatakan, batasan waktu 20 menit sangat tidak mungkin dilakukan untuk pengunjung warteg yang membeli beberapa menu tertentu seperti pecel lele.
"Kalau orang beli lele, pecel lele kan dimasak itu harus hidup. Artinya harus dimatiin, terus digoreng, digoreng juga harus krispi. Kan enggak bisa 20 menit. Ketika dia digoreng, itu kan perlu lama dan tentunya darahnya juga harus mengering," keluh pedagang warteg itu.
Citra Warteg
Jika sampai pengelola warteg memaksa untuk menyajikan menu pecel lele dengan darah tersisa, Mukroni menilai, itu potensi membuat citra warteg di tengah masyarakat jelek.
"Itu kan karena tadi, karena diminta oleh pemerintah 20 menit, akhirnya para pemilik warteg akan melakukan tergesa-gesa. Akhirnya membuat kecewa, pelanggan enggak mau kembali lagi karena pelayanannya enggak bagus," tandasnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terdapat beberapa makanan dan minuman yang terletak di sebelahnya. Jumlah makanan yang dibawanya pun tidak sedikit.
Baca SelengkapnyaSebagai ganti dari ketiadaan warteg makanan bagi para pekerja proyek di IKN akan di masak dari dapur umum.
Baca SelengkapnyaKota Palembang bukan hanya soal pempek, namun beberapa jenis kudapannya juga tak kalah lezat dan selalu diburu umat muslim sebagai menu berbuka puasa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Belakangan Pecel Rawon bikin geger warganet. Makanan ini diklaim sebagai kuliner khas dua daerah berbeda.
Baca SelengkapnyaBegini momen sederhana para perwira polisi saat menikmati sarapan lontong dan gorengan sebelum bertugas.
Baca SelengkapnyaBahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Baca SelengkapnyaMakanan ini begitu digemari dan diburu oleh banyak masyarakat Minangkabau sebagai menu untuk berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaWarga Tionghoa menyakini setiap makanan membawa keberuntungan hingga membuat panjang umur bagi yang menyantapnya.
Baca SelengkapnyaKue Tetu merupakan sebuah kudapan berbahan dasar tepung terigu dan santan kelapa.
Baca Selengkapnya