Pasca Kerusuhan di AS, Indeks Dolar Menguat di Beberapa Negara
Merdeka.com - Kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat membuat indeks dolar terhadap mata uang negara lain tertekan. Khususnya pada perdagangan di pasar Asia Oceania yang sempat menguat di perdagangan pasar Asia.
"Penguatan indeks dolar juga terbatas. Tadi kita lihat di pasar Amerika, di pasar asia oceania ini sedikit menguat semua. Indeks dolar saat ini kembali menguat dalam perdagangan pasar di Asia," tutur analis Ibrahim Assuhaibi saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis, (7/1).
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka ini menyebut, kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat mirip dengan pesta demokrasi yang pernah dialami Indonesia beberapa waktu lalu. Ketidak "Kejadian di Amerika Serikat seperti kejadian Pilpres di Indonesia pada saat Jokowi dengan Prabowo," kata dia.
Hanya saja, Donald Trump yang kalah dari Joe Biden pada Pilpres 2020 lalu. Trump merasa dirinya menang dan dicurangi sehingga melakukan aksi demo. Namun, dampak tersebut hanya bersifat sementara. Sebab Pilpres Amerika Serikat telah memenangkan pasangan Joe Biden dan Kamala Harris.
Meski begitu, penguatan dolar tersebut tidak hanya dipicu kerusuhan di Amerika Serikat. Kondisi ini juga dipicu perkembangan pandemi Covid-19 yang berkembang di beberapa negara.
Dalam waktu yang bersamaan, Jerman dan Jepang melakukan kebijakan penguncian wilayah. Selain itu, ditemukannya kembali kasus baru di China. Sementara di Korea Selatan terjadi kenaikan kasus baru dari penyebaran virus corona.
"Kerusuhan di Amerika ini bersamaan dengan Jerman yang melakuan lockdown, Jepang lockdown dan Korea Selatan mengalami kenaikan kasus dan Tiongkok ada perkembangan kasus Covid-19," tutur Ibrahim.
Akibatnya, kata Ibrahim wajar bila terjadi koreksi terhadap mata uang. Penguatan indeks dolar tersebut sebagai akibat dari demo yang berakhir rusuh dan beberapa faktor lain.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaTernyata, Ini Alasan Harus Tukar Uang Jika Ingin Transaksi di Luar Negeri & Tak Pakai Mata Uang Tunggal
Transaksi dalam mata uang asing melibatkan risiko nilai tukar.
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaIndonesia Bakal Impor 2.350 Ekor Sapi Asal Australia
Daging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.
Baca SelengkapnyaDua Jalur Laut Perdagangan Dunia Kritis, Siap-Siap Inflasi Mengancam Perekonomian Global
Jika kondisi di Terusan Suez dan Terusan Panama tidak kembali kondusif, bisa berdampak pada peningkatan inflasi.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaTerungkap! Jutaan Orang Kaya di Amerika Pindah ke Negara Kecil Demi Alasan Ini
Jutaan orang Amerika Serikat berlomba memiliki paspor dari negara lain demi menyelamatkan harta kekayaan mereka.
Baca SelengkapnyaPelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca Selengkapnya