Pasar saham China anjlok parah dipicu 'perang' Saudi lawan Iran
Merdeka.com - Di awal 2016 ini, pasar saham China anjlok parah dan membuat otoritas setempat menghentikan sementara perdagangan.
Dilansir dari CNN, Shanghai Composite Index anjlok 6,9 persen dan Shenzhen Composite Index telah merosot lebih dari 8 persen. Pemberhentian perdagangan dilakukan sebagai bentuk rem darurat mengurangi kerugian lebih besar.
Managing director Parry International Trading, Gavin Parry menyebut, ada beberapa faktor yang memicu penjualan saham secara besar-besaran di China hingga membuat indeks turun. Pertama adalah laporan index data manufaktur China yang sangat lemah.
Data survei Caixin menunjukkan, index data manufaktur China jatuh ke level 48,2 pada Desember. Padahal, di bulan sebelumnya index ini masih berada di level 48,6. "Di China semua orang masih berfokus pada sisi industri, dan ini menunjukkan pelemahan," ucap Parry seperti ditulis CNBC, Senin (4/1).
Selain itu, situasi geopolitik yang memanas di Timur Tengah juga menjadi perhatian para investor dan pengamat pasar. Parry mengatakan, China memiliki investasi cukup besar di industri minyak Iran. Ketegangan antara Iran dan Arab Saudi kemungkinan membebani harapan.
Semalam, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Hal ini menyusul pertengkaran dengan Teheran atas eksekusi mati seorang ulama Syiah.
Arab Saudi mengumumkan keputusannya pada Minggu, sehari setelah para demonstran menggeledah kedutaannya di Teheran atas eksekusi mati ulama Syiah.
Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir mengatakan, diplomat Iran memiliki waktu 48 jam untuk meninggalkan kerajaan itu dan pemimpin tertinggi Iran mengatakan Arab Saudi akan menghadapi 'konsekuensi cepat' karena mengeksekusi ulama.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon Investor Arab Saudi Mau Caplok 20 Persen Saham BSI
Masuknya tambahan modal akan berdampak positif kepada para pemegang saham.
Baca SelengkapnyaInvestasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaBerkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Badak Sudah Ada Sejak 14 Juta Tahun Lalu, Fosilnya Ditemukan di China
Penemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca SelengkapnyaTernyata Ini Alasan Indonesia Impor KRL dari China, Tak Mau Lagi KRL Bekas
Luhut tak banyak berbicara soal isu bahwa impor 3 KRL China ini merupakan jebakan utang dari pengadaan Kereta Cepat Whoosh.
Baca SelengkapnyaChina Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca SelengkapnyaIndonesia Siap Kuasai 61 Persen Saham Freeport
Indonesia mendominasi saham Freeport, pekerja lokal terus bertambah.
Baca SelengkapnyaPeran Negara di Balik Sumber Dana Maha Besar Ekspansi Merek Otomotif China ke Indonesia
Merek otomotif asal China makin ekspansif ke Indonesia. Tahun ini BYD masuk, setelah merek GWM, Neta, Chery masuk ke Indonesia dalam 2 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaTren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca Selengkapnya