Merdeka.com - PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) mengatakan rasio klaim terhadap premi khusus pada kredit di Indonesia hanya 10 persen. Premi yang dikumpulkan ASEI tahun ini mencapai Rp 105 miliar. Kredit yang mandek hanya sekitar Rp 10 miliar.

Dirut PT Asuransi Ekspor Indonesia Zaarif Razief Amir mengaku senang karena orang Indonesia termasuk kategori suka utang dan rajin membayar utang. Dengan begitu, asuransi kredit yang diklaim tidak besar.

"Kita kecil sekali khusus kredit, di bawah 10 persen ya, yah karena rajin bayar utang," ungkap Zaarif ketika ditemui di Hotel Darmawangsa, Jakarta, Rabu (19/12).

Dia mengatakan, klaim asuransi kredit yang meningkat saat ini adalah yang bergerak pada ekspor dan impor. Zaarif menyebutkan keadaan di Eropa memaksa pengusaha di sana tidak membayar utangnya. "Justru yang meningkat klaim ekspor," tambahnya.

Zaarif mengatakan saat ini pihaknya telah bekerjasama dengan 38 perbankan. Dia berharap dengan adanya asuransi kredit seperti ini akan terus mendorong perbankan lebih berani menyalurkan kredit ke usaha kecil.

"Kalau kerjasama BPD masih sedikit, tapi intinya ASEI bersama bank mendorong bank lebih berani menyalurkan kredit ke usaha kecil itu," tambahnya.

Menurutnya, saat ini masih banyak UMKM yang belum tersentuh oleh perbankan. Perbankan masih mempunyai lahan yang luas untuk mengembangkan sayap perkreditannya. Pihaknya meyakini, jika perbankan memberikan financial kepada UKM, maka UKM akan terus dapat tumbuh.

"Indonesia kan sekarang banyak golongan menengah, dan mereka akan terus tumbuh lagi. Dan juga jika bank semakin banyak bergerak di UKM, maka NIM (Net Interest Margin) nya akan tinggi," jelasnya.