Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

OJK Ungkap Penyebab Tingkat Literasi Keuangan Indonesia Rendah

OJK Ungkap Penyebab Tingkat Literasi Keuangan Indonesia Rendah mata uang rupiah. ©2020 Liputan6.com/Angga Yuniar

Merdeka.com - Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Horas Tarihoran, menyoroti tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia yang masih rendah. Hal itu berbanding terbalik dengan tingkat inklusi keuangan yang hampir dua kali lipat lebih besar dibanding literasi.

Menurut survei OJK yang dilakukan pada 2019 lalu, tingkat literasi keuangan di Indonesia baru mencapai 38 persen. Di sisi lain, tingkat inklusi keuangan sudah 76 persen.

"Jadi ini pasti banyak kerawanan. Pak Jokowi sendiri sudah minta di hasil Ratas lalu, di 2023-2024 tingkat inklusinya sudah harus 90 persen. Ini berarti literasinya harus digenjot lagi supaya tidak masalah," ujar Horas dalam sesi webinar, Kamis (6/8).

Horas memaklumi jika tingkat literasinya lebih rendah daripada inklusi. Dia mencontohkan, kompetensi membaca masyarakat di Amerika Serikat terhadap sektor keuangan juga masih lebih rendah dari inklusinya.

"Cuman mereka tidak serendah kita. Tapi kenapa mereka lebih bagus dari kita, mereka sudah sejak dini literasi keuangan diberikan," kata Horas.

Dia berpendapat, asupan literasi keuangan di Indonesia secara umum masih diberikan sepotong-sepotong dan cenderung tidak mengikuti zaman. Itu tergambar dari pengajaran menghitung pada strata pendidikan sekolah dasar (SD).

"Mungkin kita yang pernah SD dulu inget. Kalau di buku-buku kita dulu, kalau belajar penjumlahan di matematika, satu tambah satu gambarnya pisang. Di luar negeri tidak, mereka sudah pakai teknologi keuangan," ungkap dia.

"Jadi mereka sudah terbiasa dengan mata uang dan sebagainya. Satu dolar ditambah satu dolar sama dengan dua dolar. Kalau ada uang 10 dolar Anda belikan pisang seharga dua dolar kembaliannya berapa. Itu kan matematika sederhana. Kita tidak, makanya kita terlambat," tuturnya.

Imbasnya, nilai kompetensi membaca masyarakat Indonesia juga berada di salah satu peringkat paling bontot di dunia. Berdasarkan survei yang dilakukan Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 72 dari 78 negara dalam hal literasi pada bidang matematika.

"Jadi ketika ditanya kenapa kita terlambat, alasannya karena literasi keuangan juga kita terlambat. Kita ada di urutan paling bontot, paling bawah dari beberapa negara yang menyelenggarakan PISA. PISA itu adalah survey, jadi itu adalah assessment untuk seluruh siswa di seluruh dunia dari usia 15-19 tahun. Kita ada di paling bawah," tandasnya.

Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Melalui Pesantren

OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Melalui Pesantren

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.

Baca Selengkapnya
OJK dan Kemendagri Sepakat untuk Perkuat Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah

OJK dan Kemendagri Sepakat untuk Perkuat Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah

Diharapkan setiap TPAKD dapat memiliki unit-unit Pusat Literasi dan Inklusi Keuangan yang tersebar, terdekat, dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Baca Selengkapnya
OJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024

OJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024

Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.

Baca Selengkapnya
Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya

Pertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya

Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.

Baca Selengkapnya
OJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?

OJK Beri Sanksi 89 Lembaga Jasa Keuangan, Kenapa?

Per Februari 2024 aset industri Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) mencapai Rp 1.130,05 triliun atau naik 2,08 persen secara tahunan (yoy).

Baca Selengkapnya
OJK: Kredit Perbankan Masih Tumbuh Dua Digit di Februari 2024

OJK: Kredit Perbankan Masih Tumbuh Dua Digit di Februari 2024

Industri perbankan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif, dengan kredit tetap tumbuh double digit di bulan Februari.

Baca Selengkapnya
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.

Baca Selengkapnya
OJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen di 2024

OJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen di 2024

Optimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.

Baca Selengkapnya