Nilai Tukar Rupiah dan IHSG Kompak Ambruk Dipengaruhi Rendahnya Penjualan Ritel
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 34 poin di level Rp14.779 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.745 per USD. Di samping itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 94,69 poin atau 1,81 persen ke level 5.149,376 pada akhir perdagangan. Sebanyak 83 saham menguat, 377 terkoreksi, dan 130 stagnan.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pergerakan Rupiah dan IHSG dipengaruhi oleh penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) mengalami kontraksi 12,3 persen pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama delapan bulan beruntun.
"Bahkan pada Agustus 2020, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan kontraksi IPR 10,1 persen YoY. Dengan begitu, rantai kontraksi penjualan ritel kian panjang menjadi sembilan bulan berturut-turut," ujarnya dalam riset harian, Jakarta, Rabu (9/9).
Daya beli masyarakat terlihat sedikit membaik, tetapi masih cenderung melemah. Hal ini tercermin dari laju inflasi inti yang semakin menukik. Inflasi inti, yang merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya susah bergerak, menjadi penanda kekuatan daya beli.
"Ketika harga barang dan jasa yang 'bandel' saja bisa turun, maka itu artinya permintaan memang betul-betul lemah. Pada Agustus 2020, inflasi inti Indonesia tercatat 2,03 persen YoY. Ini adalah yang terendah setidaknya sejak 2009," kata Ibrahim.
Penyebaran Virus Corona
Di samping itu penyebaran pandemi virus corona di Indonesia terus mengkhawatirkan terutama di DKI Jakarta. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan dengan gamblang menyebut bahwa kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan sehingga harus tanggap dengan paket kebijakan yang akan di keluarkan walaupun kondisi keuangan yang terus menipis akibat masa transisi-PSBB yang terus di perpanjang.
Di sisi lain pemerintah harus bisa mengimbangi dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki, jumlah kasus yang tidak terkendali akan berdampak pada penangan dan fasilitas kesehatan milik pemerintah.
"Kenapa mengkhawatirkan? Karena kapasitas rumah sakit ada batasnya. Bila jumlah yang membutuhkan perawatan makin banyak, diatas kemampuan kapasitas rumah sakit dan jumlah tenaga medis yang terbatas maka ini merupakan masalah besar dan mengkhawatirkan," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Inflasi Maret 2024 Meroket Dipicu Mahalnya Harga Makanan
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaCukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024
Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaBulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaAlami Tren Penurunan Harga, Bos IBC Percaya Diri Permintaan Nikel Tetap Tinggi
Permintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaMenteri Bahlil Kaget Pajak Hiburan Naik Hingga 75 Persen: Ini Mengganggu Iklim Investasi
Bahlil menilai kenaikan tarif pajak hiburan ini bisa berdampak terhadap perkembangan bisnis di Indonesia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaKinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnya