Neraca perdagangan RI Juni 2017 diperkirakan surplus USD 1,4 miliar
Merdeka.com - Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2017 akan mengalami surplus yang cukup tinggi, yakni USD 1,4 miliar. Sektor non migas masih menjadi pendorong utama surplus neraca perdagangan.
"Dari data sementara yang kita kumpulkan, perkirakan kami menunjukan di Juni itu surplus neraca perdagangan akan menjadi 1,4 miliar USD. Ini naik cukup tinggi," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, di Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (14/7).
Sementara, sektor migas mengalami defisit hingga USD 500 juta. Sedangkan, sektor non migas mengalami surplus hingga USD 1,9 miliar.
"Karena ada defisit USD 500-600 juta di migas makanya netnya, neraca perdagangan totalnya masih surplus USD 1,4 miliar," katanya.
Menurut Perry, keadaan ini menunjukkan bahwa faktor-faktor eksternal masih menjadi penunjang bagi pertumbuhan ekonomi di Triwulan II-2017.
"Memang sebagian besar komoditasnya adalah komoditas sumber daya alam batu bara, nikel, kopi, karet, kelapa sawit, tapi kita lihat juga produk kimia, alas kaki, kertas, mesin, dan alat elektronik juga alami, ini juga daya dukung ekonomi kita dari sektor eksternal," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Neraca Perdangan Indonesia Surplus 44 Kali Berturut-turut
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Catat Surplus Neraca Perdangan 43 Kali Berturut-turut, Kini Nilainya Capai USD 2,41 Miliar
Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaJanuari 2024 Kembali Surplus, Neraca Perdagangan Indonesia Moncer Selama Hampir 4 Tahun
Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia Bakal Surplus Gas Hingga 2035, ESDM: Calon Pembeli dari Dalam Negeri Harus Disiapkan
Akibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaTotal Utang Semua Negara di Dunia Capai Rekor Tertinggi, Nilainya Tembus Rp4 Juta Triliun
Sekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaAPBN Surplus Rp22 Triliun, Sri Mulyani: Didorong Pendapatan Negara Rp493 Triliun
Namun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaTurun Tipis, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.087 Triliun per Oktober 2023
Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca SelengkapnyaRespons Agus Gumiwang Masuk Bursa Calon Ketum Golkar
Jawabannya masih sama yaitu masih fokus mengurus perindustrian.
Baca Selengkapnya