Naikkan suku bunga acuan, BI ikuti tren dunia
Merdeka.com - Bank Indonesia meningkatkan suku bunga acuan atau BI Rate 50 basis poin menjadi 6,5 persen, dari sebelumnya 6 persen. Kementerian Keuangan mendukung langkah itu untuk menjaga stabilitas ekonomi saat nilai tukar rupiah melemah dan inflasi akibat kenaikan harga bahan pangan jelang Lebaran.
Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menilai, peningkatan 50 basis poin yang diputuskan direksi BI tak gegabah."BI Rate naik 50 poin bagus dong. Saya lihat dalam konteks itu yang dilakukan BI cukup berimbang, karena pertama inflasi kita, kedua jangan lupa terkait nilai tukar rupiah," ujar Mahendra di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (12/7).
Alasan lain kemenkeu mendukung langkah itu, karena banyak negara juga merevisi suku bunga acuan. Sehingga, menurut Mahendra, langkah bank sentral dapat mengimbangi tren global.
"Perkembangan global memang trennya pada peningkatan yield, apakah itu di tingkat bunga obligasi atau pinjaman kepada suku bunga acuan. Kalau tidak dilakukan, BI kelihatan tidak responsif," ungkapnya.
Wamenkeu tidak khawatir dengan langkah BI meroketkan tingkat bunga kredit. Meski tidak menampik bahwa efek tersebut dapat terjadi, dia menilai fokus pemerintah dan bank sentral adalah menanggulangi dampak inflasi.
"Mungkin saja (berpengaruh pada kenaikan bunga kredit), tapi pada akhirnya kan seberapa jauh kemampuan dan kebutuhan yang harus kita jaga antara pertumbuhan dengan tekanan pada pasar. Itu yang harus berimbang," paparnya.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan sebagai respons kenaikan BI Rate, perbankan nasional yang mengalami kesulitan likuiditas akan mencoba menawarkan suku bunga simpanan tinggi untuk menarik minat masyarakat. Hal ini agar perbankan mendapat dana pihak ketiga (DPK) sebanyak mungkin.
Kebijakan itu tersebut berpotensi mengerek kenaikan suku bunga kredit dalam waktu dekat. "Banyak peluang bagi naiknya bunga deposito, namun bunga kredit naiknya pelan-pelan karena persaingan kredit tidak sebaik terdahulu, kemungkinan bunga kredit belum otomatis naik," ujar Zaini.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaDemi Bantu Kesusahan Warga Soal Ekonomi, Pelda TNI Indro Rela Pinjamkan Uang Tanpa Bunga.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaMenaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca Selengkapnya