Modal Rp500.000, Yuliana Kini Raup Omzet Rp50 Juta per Bulan Lewat Bisnis Sambal Cabai Rawit Kemasan Khas Aceh
Yuliana mengingat pada saat itu cabai rawit hijau dijual hanya Rp5000 sampai Rp7000 per kilogram saat memasuki musim panen.

Kesuksesan tidak melulu datang dari kerja sebagai pegawai kantoran. Hal ini dibuktikan oleh Yuliana (35) seorang warga kota Banda Aceh, Aceh.
Bersama pasangannya Murtala (40), Yuliana serius menekuni bisnis sambal hijau kemasan dengan merek Capli. Bisnis Yuliana dimulai pada akhir tahun 2017, ketika dia kerap mendapatkan keluhan dari para petani jika harga cabai kerap anjlok saat memasuki musim panen.
"Kami bertemu dengan seorang petani cabai rawit hijau dari Dataran Tinggi Gayo Lues. Beliau mengeluhkan ketika memasuki masa panen harga cabai selalu anjlok yang membuat petani merugi," ujarnya kepada awak media di sela-sela kesibukannya memproduksi usahanya di kawasan Jl. Sultan Iskandar Muda, Meuraxa, Kota Banda Aceh, Aceh, Kamis (6/2).
Yuliana mengingat pada saat itu cabai rawit hijau dijual hanya Rp5000 sampai Rp7000 per kilogram saat memasuki musim panen. Hal ini tidak sebanding dengan biaya tanam yang dikeluarkan petani
Akibat kerugian yang dialami, banyak petani memilih membiarkan cabai tersebut mengering hingga membusuk. Kondisi ini kerap terjadi di setiap musim panen.
"Karena diperlukan lagi biaya untuk memetik dan sebagainya, sehingga banyak yang dibiarkan, dibuang begitu saja," ingatnya.
Di sisi lain, Yuliana menilai cabai rawit yang dianggap tak bernilai tersebut dapat mendatangkan keuntungan. Terlebih, belum adanya sambal kemasan yang memiliki brand yang kuat dari daerah Aceh sendiri.
"Alhamdulillah tahun 2018 akhir setelah melakukan beberapa kali formulasi lahirlah sebuah produk yang kami beri merek "Capli" sambal rawit hijau khas Aceh," ujarnya.
Modal Awal Rp500.000
Dengan modal awal hanya Rp500.000, dia bertekad untuk menggeluti bisnis sambal cabai kemasan. Produk sambal miliknya menggunakan cabai rawit pilihan diambil langsung dari petani yang ada di sekitar Aceh dengan campuran asam sunti untuk memberikan cita rasa segar.
"Makanya produk kami digemari di wilayah Aceh hingga Sumatera, Kalimantan karena rasa yang pedas dari cabai rawit pilihan," tegasnya.
Dengan cita rasa khas yang dimiliki, sambal kemasan cabai rawit merek Capli ini digemari pasar. Selanjutnya, usahanya juga berhasil mendapatkan bantuan dari Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI.
Raup Omzet Rp50 Juta per Bulan
Tak disangka, kini omzet yang diraup Yuliana berkisar Rp50 juta per bulan. Bahkan, dia mengaku permintaan sambal cabai rawit kemasannya kian meningkat.
"Sekarang sehari bisa 600 botol kita buat orderan, itu juga masih meningkat. Untuk omzet sekitar Rp50 jutaan per bulan," ucapnya.
Untuk memenuhi permintaan pasar. Yuliana akan memindahkan dapur produksinya ke tempat yang lebih luas dalam waktu dekat. Tak berhenti di situ, usaha Yuliana juga membantu ibu-ibu rumah tangga disekitar. Kini mereka bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus keluar rumah dengan membersihkan cabai dan bawang putih,dan juga membuat asam sunti.
"Alhamdulillah, ibu-ibu juga terbantu, selain dari petani yang tadi kita beli dengan harga yang tidak jatuh," tutupnya.