Meski Tengah Bersitegang dengan Taiwan, China Tetap Mampu Cetak Orang Terkaya Baru
Merdeka.com - China mampu membuktikan sebagai negara hebat. Di tengah ketegangan militer dengan Taiwan, ekonomi China tetap kuat. Bahkan mampu mencetak miliarder baru meski indeks saham utamanya bergejolak.
Dilansir dari Forbes, saham Jiangsu Favored Nanotechnology, pemasok pelapis untuk produk elektronik, naik seperlima menjadi 35,29 yuan di Shanghai. Ini menambah keuntungan sebesar 58 persen sejak mereka IPO di Shanghai Stock Exchange.
Keuntungan tersebut membuat kekayaan sang CEO, James Zong, naik menjadi USD 1,1 miliar atau setara Rp 16,3 triliun. China yang merupakan salah satu produsen elektronik terbesar di dunia, menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dalam jumlah miliardernya.
Menurut daftar Forbes 10 Richest Chinese Billionaires 2022, miliarder terkaya di China saat ini adalah Zhong Shanshan. Kekayaan bersihnya senilai USD 65,7 miliar atau setara Rp 976,9 triliun.
Zhong memimpin perusahaan air minum kemasan dan minuman teh Nongfu Spring. Statusnya sebagai orang terkaya di China diraih tahun lalu setelah perusahaannya melakukan IPO di Hong Kong.
Zhong juga memimpin Beijing Wantai Biological Pharmacy, yang merupakan pembuat alat tes Covid-19.
Founder ByteDance Zhang Yiming berada di urutan kedua miliarder terkaya. Kekayaan bersihnya senilai USD 50 miliar atau setara Rp 743,8 triliun.
ByteDance mengoperasikan aplikasi media sosial video pendek TikTok yang sangat populer dan menjadi salah satu unicorn paling kaya di dunia. Namun, Zhang sudah mengundurkan diri sebagai CEO ByteDance pada Mei 2022.
Wu Yajun, Wanita Terkaya 2022 Mantan Jurnalis & Buruh Pabrik Sempat Digaji Rp 225.000
Hurun Research Institute merilis daftar miliarder self-made perempuan terkaya di dunia 2022. Pengusaha properti yang berbasis di Beijing, yakni Wu Yajun, menduduki posisi teratas dalam daftar itu.
Kekayaan miliarder berusia 58 tahun itu diperkirakan mencapai USD 17 miliar atau setara Rp 244,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.400).
Yajun dan mantan suaminya, Cai Kui, mendirikan perusahaan properti Longfor pada 1993 sebagai salah satu pendiri. Perusahaan ini beroperasi di lebih dari 100 kota dengan merek termasuk Paradise Walk, Starry Street, dan Moco.
Menurut Forbes, Yajun memiliki gelar di bidang teknik. Sebelum menggeluti bisnis real estate, dia sempat bekerja sebagai jurnalis.
Wanita yang lahir pada 1964 di Chongqing, China ini ternyata tidak lahir dengan kaya raya.
Setelah lulus dari Northwestern Polytechnical University di Xi'an, Wu yang saat itu berusia 16 tahun sudah ditugaskan untuk bekerja di pabrik milik negara, dan dia bekerja di pabrik ini selama empat tahun dengan gaji hanya USD 16 setara Rp 225.000 per bulannya.
Lalu, pada 1988 ketika berusia 24 tahun, Wu berganti profesi menjadi seorang jurnalis real estat di China Shirong News Agency selama lima tahun. Dari sinilah hidup Wu sudah mulai berubah. Pada 1993 setelah dia membeli apartemen pertamanya, ternyata dia mengalami hal-hal yang kurang berkenan dari apartemen tersebut.
Ini menjadi salah satu pendorong baginya untuk mendirikan Longfor Properties bersama suaminya, Cai Kui. Longfor merupakan perusahaan pengembang properti pertama di China.
Pada 1997, Longfor menjual proyek perumahan pertamanya di Chongqing dengan harga USD 157 per meter persegi dan ini menjadi harga termahal dua kali lipat dari yang ada.
Lalu, Wu menjabat sebagai CEO sejak 2005 hingga 2011. Pada 2012, dia menjadi wanita terkaya di China, dan di tahun yang sama perceraiannya terjadi. Ini membuatnya kehilangan hampir 40 persen sahamnya seharga USD 3 miliar.
Namun pada 2017, kekayaan Wu kembali tumbuh. Dia kembali berada di urutan ketujuh dalam daftar perempuan miliarder global dengan kekayaan mencapai USD 4,6 miliar.
Bloomberg mengungkapkan, Longfor telah melaporkan pendapatan hingga USD 34,6 miliar di 2021.
Meskipun menjadi wanita keenam terkaya, namun ini tidak membuatnya menjadi congkak. Wu terkenal dengan kebijaksanaannya dan rendah hatinya.
Dilaporkan Hurun, China menjadi rumah bagi dua pertiga dari miliarder self-made perempuan di dunia. Di bawah China mengikuti Amerika Serikat dan Inggris.
Reporter: Natasha Khairunisa AmaniSumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaTren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun
Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaCerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun
Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaKalahkan Amerika Serikat, China Jadi Negara dengan Jumlah Orang Kaya Paling Banyak di Dunia
Setidaknya, ada 969 orang kaya yang berada di China. Angka ini jauh melampaui jumlah miliarder di Amerika yang berjumlah 691 miliarder.
Baca SelengkapnyaChina Pelan-pelan Buat AS Khawatir dengan Persaingan Luar Angkasa, Ini Penyebabnya
Ini yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China
Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca SelengkapnyaKonglomerat Indonesia Ini Pernah Rasakan Hilang Kekayaan Rp2 Miliar per Detik
Melansir Forbes, orang terkaya Indonesia ini masuk sebagai orang terkaya peringkat enam, se-Asia.
Baca SelengkapnyaPameran Perdagangan Terbesar di China Sepi, Pedagang Ngeluh: Harga Barang Kami Semurah Kol di Pasar
Eksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya