Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menko Luhut Ungkap Alasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perlu Menggandeng China

Menko Luhut Ungkap Alasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perlu Menggandeng China Luhut Binsar Panjaitan. ©2020 Humas Kemenko Kemaritiman

Merdeka.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, buka suara soal peta kekuatan ekonomi dunia. Menko Luhut menyebut Amerika Serikat masih menjadi jawara dengan kontribusi mencapai 25 persen terhadap perekonomian global.

Diikuti China yang memberikan sumbangsih sebesar 18 persen terhadap ekonomi dunia. Menko Luhut pun berujar bahwa suka tidak suka kekuatan ekonomi China tak bisa diabaikan.

"Anak muda harus tahu nih ekonomi Tiongkok ini hampir 18 persen pengaruhnya ke ekonomi global, kalau Amerika Serikat 25 persen. Anda suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apapun, Tiongkok (China) ini merupakan kekuatan dunia yang tak bisa diabaikan," kata dia dalam Webinar Gen-Z di kanal Zoom, Jumat (5/6).

Maka dari itu, Menko Luhut meminta masyarakat tidak berpikir sempit terkait kerjasama ekonomi yang dijalin Indonesia bersama China. Apalagi UUD 1945 ditafsirkannya menghendaki negara menganut sistem bebas aktif.

Indonesia, menurutnya, juga seyogyanya mampu menjalin kerjasama yang elok dengan berbagai negara mitra. Tujuan akhirnya ialah menjadi negara yang kuat dalam peta ekonomi dunia dan menutup ruang terjadinya konflik antar negara.

"Maka kita harus berhubungan sama semua negara di dunia untuk buat negara kita. Tidak ada alasan buat permusuhan," terangnya.

Potret Pengusaha China di Perekonomian Indonesia

Masyarakat China di Indonesia yang sebagai minoritas namun mampu menguasai pasar Tanah Air. Mengapa bisa begitu? Dan ternyata, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di negara dunia.

Indonesia masih masuk dalam radar investor asing yang ingin menanamkan modalnya di negara-negara berkembang (emerging countries) meski perekonomian nasional tengah mengalami turbulensi. Bahkan saat ini banyak orang kaya di Indonesia bertebaran, harta kekayaan para taipan juga masuk dalam jajaran manusia terkaya dunia.

Banyaknya jumlah orang Indonesia yang didaulat masuk jajaran orang terkaya dunia semakin bertambah menurut survei majalah Forbes. Dengan kondisi saat ini saja, bisa dikatakan pertumbuhan orang kaya di Indonesia semakin kuat.

Sayangnya orang kaya di Indonesia bukanlah dari asli pribumi Indonesia, melainkan kelompok-kelompok keturunan dari China Tionghoa. Bahkan mayoritas masyarakat China menguasai pasar tanah air. Hal ini bukanlah sesuatu berita aneh lagi di Indonesia.

Pengamat Ekonomi, Purbaya Yudhi mengatakan memang kenyataannya sejak zaman-zaman dahulu ini sampai dengan sekarang para pengusaha asal China sudah terlebih dahulu terjun ke dalam dunia bisnis, mulai dari bisnis turunan maupun berdiri sendiri di Indonesia.

"Pengusaha asal China itu memang sebagian besar mendarah daging bisnisnya di Indonesia, itu sudah sejak dulu sehingga mampu menciptakan sektor (bisnis) yang beraneka ragam," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Jumat (31/1).

Diakuinya kelompok-kelompok keturunan China ini menjadi konglomerat di Indonesia dibandingkan dengan orang-orang pribumi Indonesia. Ini lantaran orang-orang pribumi Indonesia belum mampu menunjukkan kerja kerasnya di Indonesia.

"Terjun ke bisnis itu orang China lebih dahulu ketimbang orang pribumi kita, itu yang menjadi masalahnya. Tapi sekarang bedalah, orang pribumi sudah beda, mampu juga menjadi businessman," jelas dia.

Yang terpenting menurutnya para pengusaha baik pribumi Indonesia maupun China mampu berkompetisi sesuai dengan aturannya. Untuk itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan, lantaran menyangkut soal roda perekonomian dan iklim investasi maupun bisnis di Indonesia.

"Yang penting regulator harus berkompetisi dengan baik tidak konglomerasi, monopoli. Hal itu yang harus tetap diwaspadai, pemerintah tetap harus mengatur, sehingga tahu orang kaya itu mau ke mana arah ke ekonomi," ungkapnya.

Kendati demikian hingga saat ini pelaku ekonomi etnis China Tionghoa sesungguhnya masih menjamur di tanah air meski pemerintah tengah memperbaiki situasi perekonomian dan usaha nasional. Namun bisnis harus tetap berjalan terus. Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) ini tetap menyarankan pemerintah harus mampu mengatur pengusaha-pengusaha yang masuk di Indonesia sehingga menciptakan iklim usaha bisnisnya yang menguntungkan bagi ekonomi Indonesia.

"Siapapun pengusahanya dari mana asalnya tidak boleh melakukan atau men-cash harga yang lebih tinggi, harus merata keuntungannya sehingga nantinya tidak hanya menguntungkan perusahaan sendiri," tutup dia.

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya

Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya

Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.

Baca Selengkapnya
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding AS dan China

Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang

Bank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Indonesia Tak Alami Deindustrialisasi, Ini Buktinya

Indonesia Tak Alami Deindustrialisasi, Ini Buktinya

Kontribusi tersebut diharapkan bisa menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan tujuan dapat meningkatkan ekspor.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bersyukur Pemilu Berjalan Lancar di saat Geopolitik Global Kurang Kondusif

Jokowi Bersyukur Pemilu Berjalan Lancar di saat Geopolitik Global Kurang Kondusif

Dia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.

Baca Selengkapnya
Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun

Tren Jumlah Penduduk Indonesia Terus Meningkat, Sementara China Menurun

Jjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.

Baca Selengkapnya
Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor

Pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor

Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya
Menko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400

Menko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400

Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China

Pemerintah Waspadai Konflik Timur Tengah Hingga Pelemahan Ekonomi China

Ada beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.

Baca Selengkapnya