Mei 2020, Ekspor RI Turun Tajam Mencapai USD 10,53 Miliar
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Mei 2020 sebesar USD 10,53 miliar, turun 13,40 persen dari April lalu. Angka ini juga menurun tajam dibanding ekspor di Mei tahun lalu sebesar 28,95 persen.
"Selama April ke Mei ekspor migas kita mengalami kenaikan 15,64 persen, tapi sebaliknya ekspor non migas mengalami penurunan 14,81 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto di Jakarta, Senin (15/6).
Dia menjelaskan, fluktuasi harga minyak dunia, utamanya saat pandemi covid-19 berlangsung, berimbas pada nilai komoditas lainnya. Selain itu, dampak dari pembatasan sosial yang dilakukan di banyak negara untuk memitigasi persebaran Covid-19, juga mempengaruhi dari sisi produksi.
Sebagai informasi, harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia (ICP) pada April 2020 adalah USD 20,66/ barel. Kemudian terjadi kenaikan pada Mei menjadi USD 25,67/barel.
"Artinya harga minyak mentah mtm-nya mengalami peningkatan sebesar 24,25 persen, tetapi kalau kita bandingkan dengan Mei 2019 terjadi penurunan 62,3 persen," imbuhnya.
Beberapa komoditas non migas mengalami penurunan harga, di antaranya adalah batu bara, di mana batubara dari bulan April ke Mei 2020 mengalami penurunan 10,41 persen. Terjadi pula penurunan untuk minyak sawit sebesar 5,75 persen dari April ke Mei.
"Ada beberapa komoditas nonmigas yang mengalami kenaikan harga dari April ke Mei 2020 diantaranya adalah harga perak, seng, tembaga, nikel, timah, coklat, emas, dan juga karet," jelasnya.
Neraca Perdagangan Mei 2020
BPS mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar USD 2,1 miliar. Terciptanya surplus tersebut kurang menggembirakan karena mayoritas disumbang oleh penurunan ekspor sebesar 28,9 persen dan impor turun 42,2 persen.
"Ekspor kita mengalami pertumbuhan negatif baik untuk industri pengolahan, pertanian dan pertambangan. Impor turun curam baik karena barang konsumsi dan bahan baku dan barang modal," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Senin (15/6).
Sepanjang Mei 2020, Neraca dagang tersebut disumbang oleh ekspor sebesar USD 10,53 miliar dan impor sebesar USD 8,44 miliar. Ekspor pada Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 11,40 persen.
"Kalau dibandingkan pada posisi April 2020 maka nilai total ekspor pada mei 2020 mengalami penurunan 11,40 persen dan bisa dilihat bahwa selama April ke Mei ekspor migas mengalami kenaikan tetapi sebaliknya ekspor non migasnya turun," jelasnya.
Sementara itu, nilai impor pada Mei 2020 mencapai USD 8,44 miliar turun sebesar 32,65 persen dibanding April 2020. Penurunan ini disebabkan penurunan impor migas sebesar 23,04 persen.
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Ekspor Indonesia Naik Tipis di Desember 2023, Nilainya USD 22,41 Miliar
Secara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaEkspor Produk Indonesia Turun di November 2023, Nilainya USD 22 Miliar
Nilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca SelengkapnyaEkspor Indonesia Anjlok Hingga 18 Persen di Juli 2023, Ini Biang Keroknya
Penurunan ini tak lepas dari anjloknya realisasi kinerja ekspor non migas pada Juli 2023 mencapai USD 19,65 miliar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ternyata, Indonesia Banyak Impor Mesin Sepanjang Januari 2024
Untuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen.
Baca SelengkapnyaEkspor Indonesia ke China Anjlok 20 Persen di Januari 2024, Ternyata Ini Pemicunya
BPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400
Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Ini Alasan Menteri Trenggono Tahan Ekspor Pasir Laut Indonesia
Aturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca SelengkapnyaIndonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaIzin Ekspor Pasir Laut Belum juga Dibuka Meski Sudah Dapat Izin Jokowi, Kemendag Buka Suara
Presiden Jokowi mengeluarkan aturan yang membolehkan pengerukan pasir laut, salah satunya untuk tujuan ekspor pada Mei 2023.
Baca Selengkapnya