Mahalnya Harga Sembako Imbas Kenaikan Harga BBM Tak Untungkan Petani, Kok Bisa?

Merdeka.com - Pemerintah akhirnya menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi pada Sabtu 3 September 2022 pukul 14.30. Kenaikan dari BBM tentu menjadi polemik di tengah masyarakat. Sebab, kenaikan harga BBM itu akan menyebabkan melonjaknya harga di sektor transportasi dan merembet ke bahan pokok atau sembako dibeli masyarakat.
Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto mengatakan, untuk beberapa kenaikan harga bahan pangan disebabkan oleh produksi yang berkurang. Sesuai hukum ekonomi, saat permintaan naik maka harga meningkat.
Meskipun demikian, kenaikan harga bahan pangan dalam dua minggu terakhir salah satunya juga dipicu oleh isu kenaikan BBM yang sudah banyak diperbincangkan setengah bulan lalu.
Eko memperkirakan kenaikan bahan pangan tertinggi terjadi pada bulan September 2022, dan akan turun di bulan Oktober hingga November, serta kembali naik lagi di bulan Desember.
"Jadi sebelumnya memang sudah ada tren kenaikan beberapa harga bahan pangan. Sampai kapan naik, perkiraan saya kenaikan tertinggi di bulan September ini, lalu melandai di Oktober dan November dan sedikit naik lagi di Desember karena ada natal dan tahun baru," ujar Eko kepada Merdeka.com, Jakarta, Senin (5/9).
Kenaikan harga pangan, lanjutnya akan terjadi di bulan pertama dan kedua selebihnya harga akan menuju keseimbangan. "Bisa dikatakan dampak kenaikan BBM ke harga pangan pokok akan terjadi di September dan Oktober, setelah itu maka faktor lain yang berperan seperti gagal panen, produksi turun, harga internasional, dan lain-lain," jelas dia.
Tak Buat Petani Untung
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta mengatakan, kenaikan harga pangan tidak membuat petani untung. Daya beli petani sebagai konsumen juga tidak membaik.
Dia menjelaskan, kenaikan harga pangan belum tentu berdampak positif bagi pendapatan petani karena petani Indonesia rata-rata menguasai lahan yang kecil.
"Hampir 60 persen rumah tangga pertanian mengelola lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar atau masuk dalam kategori gurem," ujar Aditya.
Penelitian CIPS menyebutkan, sebanyak dua per tiga petani di Indonesia adalah net food consumers yang artinya mereka mengkonsumsi dan membeli pangan lebih banyak dari pada pangan yang mereka tanam. Untuk itu, harga pangan yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk membelinya.
Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2022 adalah sebesar 106,31 atau naik 1,97 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.
"Petani kecil menyumbang sekitar 90 persen dari produksi total beras di Indonesia," terang dia.
Adopsi Kartu Tani Berjalan Lambat
Menurut dia, meningkatkan daya saing petani merupakan suatu hal yang perlu diikuti kebijakan konkret. Penelitian CIPS menunjukkan, bahwa akses petani terhadap input pertanian berkualitas perlu diprioritaskan supaya mereka bisa menggunakannya sesuai dengan kebutuhan.
"Yang masih terjadi di lapangan adalah, adopsi Kartu Tani berjalan lambat dan hal ini mempengaruhi akses petani kepada input pertanian," jelas Aditya.
Oleh karena itu dibutuhkan evaluasi pada penerima subsidi input pertanian seperti pupuk bersubsidi. "Dibutuhkan kriteria yang jelas sehingga pada waktunya penerima subsidi bisa 'lulus; dan berdaya sehingga subsidi bisa dialihkan ke sektor lain yang lebih produktif," kata dia.
Selain itu, perbaikan dan pembangunan infrastruktur pendukung pertanian juga diperlukan untuk menambah efisiensi proses produksi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Besok, Skybridge Bojonggede Mulai Diujicoba
Rencananya skybridge ini akan diresmikan oleh Menteri Budi Karya pada 10 Desember 2023 mendatang.
Baca Selengkapnya


Penghormatan untuk Perwira Tinggi Polri, Satu Komjen Didampingi Sang Istri Mantan Presenter TV
Berikut momen Komjen didampingi sang istri mantan presenter TV berikan penghormatan untuk perwira tinggi Polri.
Baca Selengkapnya


Sadis! Pria di Jaksel Tega Bakar Istri Hidup-Hidup Gara-Gara Api Cemburu
Pria bernama Jali Kartono alias JK tega membakar istrinya M hidup-hidup gara-gara tersulut rasa cemburu.
Baca Selengkapnya


Kompol Syarif Asisten Ajudan Jokowi Dua Kali Gagal Akmil & AAL, Lulus Akpol Kini Karier Moncer
Kisah perjuangan Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, ajudan presiden yang dulu pernah ditolak saat daftar Akmil dan AAL.
Baca Selengkapnya


Kampanye sambil Bagi-Bagi Susu, Gibran Dikenalkan Airin ke Warga Tangerang
Gibran Rakabuming Raka memanfaatkan waktu cuti kampanye sebagai Wali Kota Solo untuk blusukan ke Kota Tangerang.
Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Gandeng Perusahaan Arab Saudi Kembangkan Green Ammonia di Gresik
Kerja sama ini untuk mengembangkan ekosistem green hydrogen dan green ammonia.
Baca Selengkapnya

Pemerintah Optimis Target 30 Juta UMKM Go Digital di 2030 Tercapai
Pemerintah terus mendorong agar UMKM lokal bisa merambah pasar digital.
Baca Selengkapnya

Digeser dari Dirut Bulog, Budi Waseso: Jabatan itu Amanah
Budi Waseso mengaku tak mempermasalahkan dirinya digeser dari Dirut Bulog.
Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Gandeng PLN Wujudkan RI Jadi Pelopor Pengembangan Solusi Energi Hijau
Kerja sama ini untuk memperluas pengembangan ekosistem green hydrogen dan green ammonia di Indonesia.
Baca Selengkapnya

Implementasi Satu Data Indonesia Harus Diimbangi SDM yang Mumpuni
Pemerintah tengah membangun Pusat Data Nasional (PDN) demi integrasi data di Indonesia.
Baca Selengkapnya

Kejar Target Ekonomi Digital, Indonesia Masih Butuh 9 Juta Ahli IT Hingga 2030
Pemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Baca Selengkapnya

Strategi Pupuk Kaltim Jadi Pemimpin Industri Petrokimia di ASEAN Hingga Asia Pasifik
Pupuk Kaltim bertekad untuk menjadi top leader industri petrokimia di ASEAN dan Asia Pasifik.
Baca Selengkapnya