Libur Natal dan Tahun Baru, Konsumsi Rumah Tangga Diramal Akan Meningkat
Merdeka.com - SVP Kepala Ekonom BNI, Ryan Kiryanto memprediksi tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia pada kuartal IV-2019 akan meningkat 5,02 persen dari kuartal sebelumnya sebesar 5,01 persen.
Peningkatan tersebut disebabkan beberapa hal, salah satunya pengeluaran saat Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.
"Hampir dipastikan konsumsi rumah tangga naik jelang dan saat Natal dan Tahun Baru. Yang terdampak positif itu perdagangan hotel dan restoran," ujar Ryan di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/11).
Pada akhir tahun, masyarakat akan merayakan Natal dan Tahun Baru dengan pulang kampung atau berlibur di tempat wisata tertentu. Tentunya, mereka akan memesan hotel untuk akomodasi, menyewa kendaraan untuk bepergian dan belanja makan dan minum sehari-hari. Belum lagi, mereka akan membayar tiket wisata hingga membeli souvenir.
Menurutnya, belanja rumah tangga tertahan di kuartal-kuartal sebelumnya sehingga pada kuartal IV, rumah tangga melakukan pengeluaran besar-besaran.
Secara keseluruhan, diprediksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga naik di angka 5,05 persen, stabil bila dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang juga sebesar 5,05 persen.
Konsumsi rumah tangga masih jadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Beberapa kebijakan yang sudah dan akan dikeluarkan pemerintah dianggap mendukung lonjakan konsumsi ini.
"Contohnya, kenaikan Upah Minimum Regional, itu saya kira cukup bagus untuk menopang pertumbuhan ekonomi ke depan," imbuhnya.
Ibu-ibu Diminta Tak Pelit Belanja
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini hanya bergantung pada konsumsi rumah tangga. Sebab, faktor pendorong lain seperti belanja pemerintah dan ekspor tengah tak banyak membantu.
"Maka dari itu, ibu-ibu tolong Indonesia dengan jangan pelit membelanjakan uangnya. Belanja ke mal. Maka dengan begitu ekonomi bergerak," ujarnya saat ditemui di Labuan Bajo, Senin (9/12).
Ryan melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa selamat sesuai target pemerintah di 5 persen jika setidaknya konsumsi rumah tangga tumbuh sekitar 5,5 persen. "Belanja pemerintah diharapkan dapat menyumbang namun belanja sosial sudah mengecil karena diforsir di Q1 dan Q2. Harapan terakhir dari konsumsi rumah tangga," tuturnya.
Ryan turut mengingatkan pemerintah bahwa guna menangkal ancaman resesi maka dibutuhkan kebijakan fiskal yang mumpuni. Meski dalam kenyataannya, Indonesia cukup aman dari dampak resesi.
Dia menjelaskan cukup amannya Indonesia dari dampak resesi karena ekonomi Tanah Air tidak bergantung pada ekspor. Selain itu, Indonesia tidak masuk dalam rantai pasok global atau global supply chain.
"Untungnya Indonesia tidak dalam keduanya. Cukup terisolasi."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perputaran Uang Musim Libur Natal dan Tahun Baru Diprediksi Tembus Rp80.250 Triliun
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan bepergian di musim libur akhir tahun mencapai 107 juta orang.
Baca Selengkapnya6 Dampak Buruk Konsumsi Kue Kering Berlebihan saat Natal
Pada saat natal dan musim liburan seperti ini, banyak orang cenderung mengonsumsi kue kering secara berlebih hingga bisa berdampak buruk bagi tubuh.
Baca SelengkapnyaIbu Rumah Tangga di Blitar Bikin Sabun dari Rempah-rempah, Terjual hingga Singapura Omzetnya Jutaan Rupiah per Bulan
Berawal dari kekhawatiran tak berkontribusi baik pada lingkungan, Khomsatun memproduksi sabun alami
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Incar Generasi Milenial, Cicilan Rumah Baru Ini Rp1,8 Juta per Bulan
Saat ini, tren permintaan properti oleh generasi milenial tengah mengalami lonjakan. Minat generasi milenial dalam membeli rumah tapak mencapai 64,4 persen.
Baca SelengkapnyaDidorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaStok Beras Bulog 1,4 Juta Ton, Aman untuk Libur Natal dan Tahun Baru
Pemerintah melalui Bapanas menugaskan Bulog untuk melaksanakan 2 instrumen utama untuk mengantisipasi gejolak harga beras.
Baca SelengkapnyaDirut BTN Prediksi Sektor Properti Tumbuh 12 Persen di 2024, Ini Sederet Faktor Pemicunya
Sektor properi didorong pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti.
Baca SelengkapnyaDirut Bulog: Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Stok Beras Cukup dan Harga Mulai Stabil
Kebutuhan beras hingga Juni sudah terpenuhi. Untuk enam bulan ke depan menurut Bayu stok sudah aman.
Baca SelengkapnyaDirut Bulog Bongkar Penyebab Masih Mahalnya Harga Beras
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca Selengkapnya