Lepas Status Karyawan, Pria Ini Raup Omzet Rp1 Juta per Hari dari Bisnis Kedai Kopi

Merdeka.com - Menjadi karyawan sebuah perusahaan menjadi impian banyak orang. Bekerja setiap hari dan mengharapkan imbalan pasti dalam bentuk gaji yang diterima setiap bulannya.

Namun berbeda dengan Fathur, pria berusia 24 tahun ini lebih memilih membuka usaha dibandingkan harus menjadi karyawan. Di usia tergolong muda, dia nekat melepas status karyawan dari perusahaan kopi terbesar di Indonesia dan membuka usaha sendiri.

"Yang membuat saya tertarik untuk menjadi pelaku usaha (kedai kopi) karena saya melihat peluang dan banyak banget tokoh tokoh inspiratif yang mengatakan bahwa usia 20-25 tahun harus banyak mencari sesuatu yang baru, tidak masalah gagal karena dari gagal kita belajar," Ujar Fathur saat berbincang dengan merdeka.com.

Fathur membuka kedai kopi dengan modal Rp10.000.000 yang dibantu seorang investor. Modal tersebut digunakan untuk merintis usahanya. Mulanya, usaha yang dia jalankan hanya menggunakan sistem pre order dan hanya mengandalkan keuntungan dari sistem tersebut. Tapi, bisnisnya sekarang sudah merambah ke aplikasi gojek/grab dan mempunyai kedai di daerah Setia Budi, Kuningan, Jakarta Selatan.

"Untuk buka awal sekitar Rp10 juta, tapi itu waktu awal awal saya masih merintis. Jadi sebelum saya ada kedai, saya pakai sistem pre order. Nah keuntungan dari situ saya olah buat beli barang barang di kedai," ceritanya.

Awal buka, kedai Kopi yang dikelolanya hanya mengantongi pendapatan Rp50.000/hari. Namun, dia tak kenal lelah dan terus berusaha. Seiring berjalannya waktu, kedainya ramai pembeli dan meraup omzet sampai Rp1.000.000 per hari.

Namun demikian, kedai yang didirikan Fathur tak bisa menghindar dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa Bali. Dia harus menyusun strategi agar kedainya tetap beroperasi dan banyak pengunjung. Fathur tak kehabisan akal untuk membuat Sudut Kopi tetap eksis di tengah pandemi.

Dia mulai menggunakan media sosial untuk terus promosi, mendatangkan teman-teman untuk berkunjung supaya dagangannya ini cepat menyebar luas dari mulut-kemulut. Kemudian, kedai kopi ini juga terbantu penduduk sekitar yang memang mau nongkrong, karena memang di daerah Setia Budi banyak penduduk atau orang kantor yang ingin sekadar ngopi cantik.

Memang berat menurut fathur menjalani hari-hari dengan mengandalkan usahanya itu. Namun demikian, dia yakin usahanya akan maju dalam waktu dekat. Jatuh bangun juga telah dirasakan oleh fathur. Apalagi semenjak adanya PPKM darurat seperti sekarang yang melarang adanya dine in atau makan di tempat, dan waktu nongkrong anak muda jadi terbatas.

"Kita sebagai anak muda yang harus mempunyai ide yang kreatif dan inovatif. Kita juga harus mengetahui keinginan konsumen dan memikirkan bagaimana ke depannya agar bisnis kita bisa berkembang dengan menjauhi utang yang akan membuat bisnis kita menjadi tersendat."

Reporter Magang: Mutiara Syafira