Langkah BI naikkan suku bunga acuan buat lesu pasar modal dan sektor riil
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) perlu mewaspadai langkah The Fed yang diprediksi akan menaikkan suku bunga pada September dan akhir tahun mendatang. Kenaikan suku bunga tersebut nantinya dikhawatirkan akan kembali memengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Szami Ilman, mengatakan langkah cepat yang dapat dilakukan oleh bank sentral adalah dengan kembali meningkatkan tingkat suku bunga BI 7 Day Repo Rate. Namun, tindakan ini berpotensi membuat lesu kegiatan di pasar modal dan pasar sektor riil.
"Kalau melihat keputusan BI terakhir dengan meningkatkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps, ada beberapa hal yang terkena trade-off (yang dikorbankan) seperti pemangkasan anggaran dan penundaan beberapa proyek infrastruktur," ujarnya dalam sebuah keterangan tertulis, Jakarta, Senin (6/8).
Dalam jangka panjang, ungkap Ilman, Indonesia perlu meningkatkan daya tarik agar investor mau menanamkan modal dalam bentuk foreign direct investment (FDI). Melalui FDI, modal yang ditanamkan di Indonesia akan cenderung lebih banyak diinvestasikan dalam bentuk aset tidak bergerak, misalnya saja pembangunan pabrik.
"Sehingga, modal tersebut kecil kemungkinannya untuk pindah ke luar negeri dan pada akhirnya dapat membuat nilai tukar Rupiah menjadi lebih stabil," jelas Ilman.
Dia menjelaskan fluktuasi nilai tukar Rupiah dikhawatirkan akan mendorong investor untuk memindahkan investasinya ke dalam produk keuangan dan investasi di Amerika Serikat. Ilman berpendapat, kapital yang nantinya terkumpul dalam jumlah besar akan keluar dari dalam negeri ke luar negeri.
"Depresiasi nilai mata uang Rupiah tersebut akan berdampak kepada berbagai kegiatan ekonomi, terutama di bidang perdagangan internasional. Produk-produk industri yang menggunakan bahan mentah atau input yang diimpor akan mengalami peningkatan biaya produksi sehingga dapat menurunkan daya saing produk tersebut karena harga yang menjadi lebih mahal. Selain itu, komoditas pangan yang diimpor seperti beras, gula, dan daging sapi juga akan mengalami kenaikan harga," tutur Ilman.
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaSalah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan bepergian di musim libur akhir tahun mencapai 107 juta orang.
Baca Selengkapnya