Kurs Rupiah Melemah ke Rp14.158 per USD Dipicu Pernyataan Gubernur The Fed
Merdeka.com - Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta ditutup melemah dipicu pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell soal dimulainya tapering dalam waktu dekat.
Rupiah sore ini ditutup melemah 35 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.158 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.123 per USD.
"Nilai tukar Rupiah melemah dengan pernyataan Jerome Powell di Jumat malam pada acara konferensi online bahwa The Fed masih dalam jalur pengurangan stimulus. Rencana tapering ini mendorong penguatan dolar AS dan menekan nilai tukar lainnya," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin (25/10).
Selain itu, pelaku pasar khawatir terhadap hiperinflasi di dunia yang dipicu kenaikan harga energi dan kasus Covid-19 global yang masih tinggi dan berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi. "Ini juga menjadi pendorong pelemahan nilai tukar Rupiah," ujar Ariston.
Dari domestik, jumlah kasus harian Covid-19 pada Minggu (24/10) kemarin mencapai 623 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 4,24 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 mencapai 43 kasus sehingga totalnya mencapai 143.205 kasus.
Adapun untuk jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 1.037 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,08 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif Covid-19 mencapai 14.360 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 113,03 juta orang dan vaksin dosis kedua 67,92 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp14.165 per USD. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.158 per USD hingga Rp14.190 per USD.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp14.162 per USD dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.133 per USD.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaHarga Emas Menguat akibat Keputusan Suku Bunga The Fed: Dampak Investor
Investor terus mencermati pernyataan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang disampaikan pada Rabu (20/3).
Baca SelengkapnyaNilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
Baca Selengkapnya