Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Krisis ekonomi 2008 BI Rate 9,5 persen, sekarang sudah 7 persen

Krisis ekonomi 2008 BI Rate 9,5 persen, sekarang sudah 7 persen

Merdeka.com - Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya atau BI Rate sebesar 50 basis poin dari 6,5 persen menjadi 7 persen, membuka babak baru skenario kebijakan penyelamatan ekonomi nasional.

Di satu sisi, langkah bank sentral menaikkan suku bunga acuannya diyakini bisa mendorong penguatan nilai tukar Rupiah sekaligus mengembalikan kepercayaan investor. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran kondisi ekonomi saat ini sudah mendekati masa-masa seperti krisis 2008.

Taoi kekhawatiran ini buru-buru dibantah oleh staf khusus Presiden bidang ekonomi Firmanzah. "Belum krisis ekonomi dan moneter. Di Oktober 2008, BI Rate mencapai 9,55 persen. Kondisi saat ini terus kita waspadai, tetapi kalau dibilang krisis, jawabannya tidak. Setor riil dan konsumsi masih tinggi," ujar Firmanzah di Istana Negara, Kamis (29/8).

Dia menuturkan, pemerintah sudah mengambil peran dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dari sisi fiskal untuk mendorong investasi, peningkatan ekspor-impor, dan daya beli masyarakat. "Mengelola pasokan kebutuhan pokok untuk tahan inflasi, penyerapan tenaga kerja, terus menjaga pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa tidak banyak berkomentar mengenai kenaikan BI Rate. Namun dia sependapat dengan Firmanzah. "Tidak akan menimbulkan krisis," singkat Hatta.

Menteri Keuangan Chatib Basri menyambut positif kebijakan bank sentral. "Bagus dong," ucapnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia melihat, kebijakan ini merupakan langkah preventif atau antisipasi agar kondisi perekonomian Indonesia tidak semakin buruk ke depannya. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah, apabila BI menaikkan BI Rate sebesar 25 bps, belum cukup untuk menghadapi kondisi ke depan. Oleh sebab itu, angka 50 bps diambil dengan berbagai pertimbangan.

"Karena tekanan inflasi ke depan jadi tidak cukup 26 bps. Kebutuhan paling penting adalah stabilitas sistem keuangan karena dalam jangka pendek kita ingin menstabilkan pasar keuangan. Jadi ini mungkin dosis yang pas untuk menstabilkan pasar keuangan jangka pendek," kata Difi.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan

Pemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan

Melalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh

Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh

Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Prabowo-Gibran Menang pilpres, Kadin: Kondisi Harus Tetap Stabil dan THR Cair Pekan Depan

Prabowo-Gibran Menang pilpres, Kadin: Kondisi Harus Tetap Stabil dan THR Cair Pekan Depan

Kondisi ini yang menjadi kunci utama stabilitas ekonomi menjelang pencairan THR

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Survei Indikator Ungkap Masyarakat Nilai Kondisi Ekonomi dan Penegakan Hukum Baik

Survei Indikator Ungkap Masyarakat Nilai Kondisi Ekonomi dan Penegakan Hukum Baik

Survei memotret penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi, politik, keamanan hingga penegakan hukum nasional.

Baca Selengkapnya
Tepatkah Peringkat Ekonomi Syariah Disebut SGIE? Begini Penjelesannya

Tepatkah Peringkat Ekonomi Syariah Disebut SGIE? Begini Penjelesannya

SGIE adalah sebuah laporan yang mana dalam laporan tersebut menampilkan peringkat negara-negara yang menerapkan ekonomi syariah.

Baca Selengkapnya
Sektor Properti Pulih dari Pandemi, KPR Bank BTN Tumbuh 12,66 Persen

Sektor Properti Pulih dari Pandemi, KPR Bank BTN Tumbuh 12,66 Persen

Alhasil, pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik

Baca Selengkapnya