Kongkalikong anggaran negara rawan terjadi di saat Pemilu
Merdeka.com - Sistem penyusunan anggaran di pemerintahan rumit karena menggunakan tiga format yang berbeda. Khususnya, sistem aplikasi Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL) buatan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan membuka peluang permainan antara pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Maulana menyebut sistem RKA-KL sangat rumit karena kode pengisiannya berbeda setiap tahun. Besar kemungkinan, akan ada anggaran yang diblokir karena kesalahan pengisian data.
"Nah kemungkinan besarnya ketika diblokir, pejabat kementerian akan ke Ditjen Anggaran atau ke DPR supaya blokirnya dihapus. Dalam proses itulah bisa terjadi permainan agar anggaran diloloskan," ujarnya selepas jumpa pers di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (10/3).
FITRA menilai negosiasi anggaran pada saat jelang pemilihan umum seperti sekarang ini sangat rentan terjadi. Apalagi banyak partai politik mengejar pemasukan besar untuk mengikuti pemilu. Rumitnya format penyusunan anggaran dianggap jadi biang keladi yang membuka peluang terjadinya praktik kolusi.
FITRA menegaskan sesuai Undang-Undang no.17 tahun 2003, ketika anggaran sudah ditetapkan tidak diperkenankan pembahasan lanjutan baik oleh sesama kementerian atau dengan parlemen.
"Artinya sistem aplikasi anggaran ini sangat gampang dimainkan. Sistem kita sudah menjebak para pembuat kebijakan untuk bernegosiasi, dan secara enggak langsung orang kementerian yang tidak mengerti terjebak," kata Maulana.
FITRA menemukan data bahwa setiap tahun jumlah anggaran yang terblokir dan akhirnya gagal diserap bertambah. Bahkan tahun ini angka itu bisa bertambah lagi. Pada 2011 anggaran kementerian yang diblokir sebesar Rp 63,4 triliun, lalu pada 2012 menjadi Rp 88,5 triliun.
"Tahun ini kita masih data terus tapi kemungkinan meningkat karena jumlah anggaran juga bertambah setiap tahun," katanya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Baca SelengkapnyaBeda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu
Para pelawak itu bersaing memperebutkan suara dari daerah pemilihan masing-masing dengan kolega satu partai maupun partai politik lain.
Baca SelengkapnyaKrisis Pangan Akibat Pupuk Langka, 22 Negara Ogah Jual Beras ke Luar Negeri
Banyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kaesang: Politik Menjadi Satu Bagian yang Seru dan Indah
Dengan politik seseorang bisa menerapkan kebijakan baik untuk kepentingan rakyat banyak.
Baca SelengkapnyaCurhat Eks Napiter Kembali ke Pangkuan NKRI Sumpah Setia pada Pancasila
Munir berharap agar masyarakat tetap damai dan rukun meskipun memiliki perbedaan pilihan politik.
Baca SelengkapnyaMemasuki Tahun Politik, Plt Ketum PPP Ajak Kader Ketuk Pintu Langit Jemput Kemenangan
Dia mengajak semua pengurus dan kader bergandengan tangan dan bergerak menyapa masyarakat, raih elektoral secara maksimal, seraya terus mengetuk pintu langit.
Baca SelengkapnyaMedia Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaFOTO: Harga Beras Mahal, Emak-Emak Berdaster Geruduk Bawaslu Tuntut Dugaan Politisasi Bansos Diusut Tuntas
Mereka mengkritisi kenaikan harga bahan pokok, terutama beras, setelah pelaksanaan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Dana Kampanye Janggal PPATK Bukti Dana Partai Politik Tidak Transparan
Ternyata, dana ini tidak mengalami pergerakan yang signifikan, namun terjadi perputaran dana hingga mencapai triliunan rupiah
Baca SelengkapnyaSEMENIT PAHAM: Ajak Orang Golput di Pemilu Bisa Dipidana, Ini Aturannya
Jangan sembarangan memprovokasi orang untuk tidak memilih di pemilu. Karena hal itu bisa melanggar pidana
Baca Selengkapnya