Merdeka.com - Siapa yang mengetahui San Diego Hills Memorial Park, area pemakaman di Karawang ini terkenal dengan harganya yang fantastis hingga mencapai miliaran rupiah. Pemakaman dengan area lebih dari 350 hektare ini namanya semakin berkibar setelah banyaknya public figure seperti keluarga pejabat, pengusaha, dan juga artis yang dimakamkan di San Diego Hills.
Di balik kesuksesan yang diraih oleh San Diego Hills tentu ada tangan dingin yang menjadi penentu keberhasilan makam mewah tersebut, seorang pendiri sekaligus pemilik San Diego Hills yang menjadi icon pemakaman eksklusif di Indonesia.
Yakni Mochtar Riady, taipan pemilik Lippo Group yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan dengan karyawan yang diperkirakan lebih dari 50 ribu orang dengan aktivitas bisnis di Indonesia dan juga di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian dan Shanghai.
Mochtar Riady pun menjadi salah satu konglomerat yang menduduki posisi ke-29 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Berdasarkan Real Time Net Worth Fobes, kekayaan pria berusia 93 tahun ini adalah sebesar USD1,4 miliar atau Rp21 triliun.
Mengutip laman San Diego Hills, Mochtar Riady atau Lie Moe Tie yang lahir di Kota Malang pada tanggal 12 Mei 1929 adalah seorang pengusaha terkemuka di Indonesia, pendiri dan juga presiden komisaris dari Lippo Group. Dia lahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai pedagang batik bernama Li Yamei (1888-1959), dan seorang ibu yang bernama Sibelau (1889-1939). Kedua orangtuanya merantau dari Provinsi Fujian, Cina, dan tiba di Batu, Malang pada tahun 1918.
Pada usia lima bulan, orang tua Mochtar Riady membawanya ke desa leluhur ayahnya di Fujian, dimana kemudian dia tinggal di sana sampai usia enam tahun. Namun pada saat itu, desa leluhurnya di Cina tidak aman karena banyaknya peperangan, nenek beliau mengkhawatirkan masa depan Mochtar Riady kecil, hingga akhirnya mendesak ayahnya membawa Mochtar Riady beserta keluarganya untuk kembali ke Malang.
Sejak usia 10 tahun Mochtar Riady sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang bankir. Hal ini bermula ketika dia pergi ke sekolah dan melewati gedung megah bergaya eropa. Di sana dia melihat para pegawai yang berpakaian rapi, parlente, dan terlihat sibuk.
Belakangan dia ketahui gedung itu adalah kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan pegawai yang sering dilihatnya adalah pegawai bank. Dari sana lah obsesi menjadi seorang bankir muncul dan menjadi cita-citanya hingga dewasa.
Di tahun 1947 saat usianya 18 tahun, Mochtar Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina. Disana ia menggunakan kesempatan untuk kuliah filosofi di University of Nanking. Tapi akibat perang, Riady terpaksa pergi ke Hongkong hingga tahun 1950 dan kemudian kembali lagi ke Indonesia.
Setelah kembali ke Indonesia Mochtar Riady kemudian menikah pada tahun 1951 dengan seorang wanita asal Jember. Pada saat itu mertuanya memberinya tanggung jawab untuk mengurus sebuah toko kecil yang menjual sepeda. Hanya dalam tempo tiga tahun, dia berhasil memajukan toko sepeda tersebut hingga menjadi yang terbesar di kota Jember.
Keinginan Mochtar Riady untuk menjadi seorang banker masih tertanam kuat di benaknya, hingga pada tahun 1954 dia pun memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Keputusannya saat itu tentu ditentang oleh keluarganya, namun mochtar Riady memiliki prinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah, pohon itu tidak akan pernah tinggi, tapi bila ditanam di sebuah lahan yang luas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan besar.
Dia merasa yakin akan dapat mewujudkan cita-citanya menjadi bankir di Jakarta, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorangpun kenalan di sana.
Pada tahun 1959, Mochtar Riady berkenalan dengan Andi Gappa (kakak kandung dari Andi Muhamad Jusuf yang jadi menteri di zaman Sukarno dan Panglima ABRI di zaman Soeharto), pemilik dari Bank Kemakmuran. Mochtar Riady mencoba meyakinkan Andy Gappa untuk dapat bergabung sebagai mitra usaha, kebetulan pada saat itu Bank Kemakmuran sedang bermasalah.
Walau belum punya pengalaman sedikit pun di dunia perbankan, dia berhasil meyakinkan Andi Gappa hingga ditunjuk menjadi direktur di Bank Kemakmuran. Cita-cita Mochtar Riady untuk menjadi seorang bankir akhirnya terwujud.
Di bawah kepemimpinannya, Bank Kemakmuran menjadi bank yang terpandang di Jakarta. Namun karena ketidakcocokan dengan komisaris yang ada di Bank Kemakmuran, Mochtar Riady akhirnya mengundurkan diri dari bank tersebut. Selepas dari Bank Kemakmuran, Mochtar Riady kemudian bermitra dengan beberapa kawan yang banyak bergerak di bidang komoditas hasil bumi.
Dengan mitra barunya itu kemudian bersama-sama membuat badan hukum berupa PT, dan salah satu tugas beliau adalah mencari bank yang bisa diakuisisi. Saat itu kebetulan seorang kawan yang bernama Ma Zhong yang memiliki Bank Buana sedang merugi karena menajemen yang tidak beres. Bank Buana akhirnya dapat diambil alih oleh Mochtar Riady dan para mitranya.
Pengalaman Mochtar Riady di dunia perbankan tidak berhenti sampai disitu, berbagai bank pernah dipegang oleh beliau hingga memiliki reputasi besar di dunia perbankan di Indonesia. Beberapa bank yang pernah merasakan kepemimpinannya adalah Panin Bank, Bank BCA, dan Lippo Bank.
Advertisement
Pada tahun 1981, Mochtar Riady membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning. Mochtar Riady sendiri ketika itu masih menduduki posisi strategis di Bank Central Asia.
Setelah dia bergabung dengan Haji Hasyim Ning, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik hingga lebih dari 1.500 persen, setara dengan Rp 257,73 miliar pada tahun 1987. Keberhasilan pemilik San Diego Hills inilah yang kemudian banyak orang menjulukinya dengan sebutan 'The Magic Man of Bank Marketing'.
Dua tahun kemudian, pada tahun 1989, Bank Perniagaan Indonesia melakukan merger dengan Bank Umum Asia. Merger inilah yang kemudian mengawali lahirnya Lippo Bank.
Saat ini Lippo Group dikenal banyak mengembangkan pusat perbelanjaan seperti mall di Jakarta. Selain itu, di bawah kepemimpinan putranya, James Riady, Lippo Group juga membuat rumah duka San Diego Suite serta mengembangkan beberapa kawasan kota mandiri, seperti Bukit Sentul yang ada di Bogor, Lippo Cikarang, serta hunian vertikal Meikarta yang berada di Cikarang.
Ekspansi bisnis pemilik San Diego Hills di Karawang dimulai pada tahun 2006 dengan mengembangkan area pemakaman komersil sekaligus menjadi pemilik San Diego Hills Memorial Park. Tepat di depan area pemakaman San Diego Hills, Lippo Group juga memulai project area hunian 'Rolling Hills' di pertengahan tahun 2020. Dalam dunia pendidikan pemilik San Diego Hills ini juga memiliki Lippo Group yang mendirikan sekolah dan universitas Pelita Harapan, serta sekolah Dian Harapan yang berada di Tangerang.
Untuk wilayah Jawa Timur, Lippo Group membangun Universitas M Chung yang terletak di daerah asal Mochtar Riady, Kota Malang. Sedangkan di bidang kesehatan, Lippo Group mengembangkan rumah sakit dengan nama Siloam Hospital.
[azz]Pendaftaran ASEAN Business Award 2023 Resmi Dibuka, Ini Cara dan Syarat Daftarnya
Sekitar 33 Menit yang laluJangan Terkecoh, Ini Cara Mudah Bedakan Roti Boy Asal Malaysia & Roti O Indonesia
Sekitar 1 Jam yang laluKisah Menegangkan di Balik Selamatnya Amerika Serikat dari Krisis Gagal Bayar Utang
Sekitar 1 Jam yang laluAlami Resesi Seks, Jepang Siapkan Rp370 Triliun untuk Tingkatkan Angka Kelahiran
Sekitar 2 Jam yang laluMentan Tanam Kedelai di Tanggamus Bersama Gubernur dan Mendag
Sekitar 2 Jam yang laluIni Jadwal Lengkap Penukaran Tiket Fan Meeting Aktor Korea Kim Seon Ho
Sekitar 2 Jam yang laluBegini Perjalanan Bisnis Roti Boy Asal Malaysia Hingga Muncul Roti O di Indonesia
Sekitar 3 Jam yang laluWarung Bakmi Pak Pele di Yogyakarta, Berdiri Sejak 1983 dan Kini Dikunjungi Jokowi
Sekitar 3 Jam yang laluDeretan Rumah dengan Harga di Bawah Rp200 Juta, Cocok untuk Generasi Milenial
Sekitar 4 Jam yang laluBanyak yang Belum Tahu, Ini Rute Perjalanan Kereta Api Paling Jauh di Indonesia
Sekitar 4 Jam yang laluKisah Awin, Korban Krismon 1998 Sukses Bisnis Bola dengan Modal Rp10 Juta
Sekitar 5 Jam yang laluLibur Panjang Akhir Pekan, 335 Ribu Kendaraan Tinggalkan Wilayah Jabotabek
Sekitar 5 Jam yang laluRapuhnya Singapura, Negara Maju yang Impor Air Minum untuk Warganya
Sekitar 6 Jam yang laluMaskapai Dubai Buka Lowongan Kerja dengan Gaji Rp29 Juta, Lulusan SMA Bisa Daftar
Sekitar 6 Jam yang laluABG 16 Tahun Diperkosa 11 Orang, Polri: Harus Ditangani Sampai Tuntas
Sekitar 13 Menit yang laluFerdy Sambo Kirim Bunga-Surat buat Anaknya yang Ultah ke-22, 'Mba Trisha Kesayangan'
Sekitar 11 Jam yang laluVIDEO: Kronologi Polisi Tangkap Teroris KKB Papua Penembak Brimob
Sekitar 1 Hari yang laluMinim Bukti, Polisi Pelaku Persetubuhan Anak di Parimo Sulteng Belum Jadi Tersangka
Sekitar 1 Hari yang laluFerdy Sambo Kirim Bunga-Surat buat Anaknya yang Ultah ke-22, 'Mba Trisha Kesayangan'
Sekitar 11 Jam yang laluPesan Manis Sang Jenderal dan Istri dari Balik Jeruji di Hari Ultah Anak Perempuannya
Sekitar 12 Jam yang laluTerang-terangan Mahfud MD Sebut Ada Pejabat Bekingi Mafia, Singgung Rafael & Sambo
Sekitar 3 Hari yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 4 Hari yang laluFerdy Sambo Kirim Bunga-Surat buat Anaknya yang Ultah ke-22, 'Mba Trisha Kesayangan'
Sekitar 11 Jam yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 1 Minggu yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluIntip Liburan Ronny Talapesy Pengacara Bharada E di Luar Negeri, Sosok Istri Disorot
Sekitar 1 Bulan yang laluPermohonan Banding Kandas, Ricky Rizal Tetap Dihukum 13 Tahun Penjara
Sekitar 1 Bulan yang laluFerdy Sambo Tak Hadir di Sidang Putusan Banding Vonis Mati
Sekitar 1 Bulan yang laluMinta Pasokan Serum dan Vaksin Antirabies, Viktor Laiskodat Telepon Menkes
Sekitar 1 Hari yang laluSudin KPKP Jakarta Selatan Gelar Vaksin Rabies Gratis untuk Cegah Penyakit Menular
Sekitar 3 Hari yang laluLiga 1: Berkandang Sementara di Stadion Dipta, Arema FC Harap Ada Dukungan Suporter
Sekitar 2 Jam yang laluPSSI Isyaratkan Piala Indonesia Vakum Lagi
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Dicky Budiman
Peneliti dan Praktisi Global Health Security Griffith University AustraliaMemaknai Pencabutan Status Darurat Kesehatan Masyarakat Covid-19
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami